Tidak hanya agama, ilmu kesehatan juga menganjurkan untuk bersikap sabar. Berdasarkan hasil dari sebuah penelitian di Singapura menyatakan bahwa apabila seseorang yang mudah emosi dan marah maka DNA-nya akan lebih cepat menua, dan wanita lebih beresiko mengalami penuaan DNA jika memiliki sifat mudah emosi dan marah.
Bahkan menurut Daniel Baugher, seorang dekan pascasarjana di Universitas Pace, New York City mengatakan bahwa ketidaksabaran dapat menyebabkan kegelisahan dan permusuhan. Lalu apa saja manfaat sabar untuk kesehatan? Ulasan di bawah ini akan memberikan jawaban untukmu.
Membantumu Terhindar Dari Darah Tinggi
Beberapa orang yang tinggal di kota-kota besar sering sekali tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu hal, dan akan sangat mudah emosi jika sekiranya ada sesuatu yang tidak sesuai keinginnanya. Misalnya lalu lintas yang macet atau antrian panjang di kasir sebuah pusat perbelanjaan, Dr. Redford Williams seorang internis dari Pusat Kesehatan Universitas Duke, North Carolina mengatakan bahwa “Orang yang selalu tergesa-gesa adalah tipikal yang mudah marah apabila mereka tertahan oleh suatu hal. Tipe kepribadian ini memiliki resiko masalah kesehatan seperti tekanan darah tinggi”.
Seseorang yang tidak mampu memelihara kesabaran pada usia 18-30 tahun akan beresiko mengalami tekanan darah tinggi di kemudian hari. Ketika hal itu terjadi berarti ada sesuatu di dalam tubuh yang tidak normal. Jika kamu mampu mengelola rasa sabar yang ada kamu miliki, bisa dipastikan resiko tekanan darah tinggi akan jadi lebih sedikit.
Kamu Pun Jadi Merasa Lebih Tenang Dan Menyehatkan Jantung
Journal of the American Medical Association pada sebuah penelitiannya ditahun 2000, menemukan bahwa orang yang memiliki sikap permusuhan tinggi memiliki kecenderungan menimbun plak di arteri koroner mereka. Ini terkait dengan tingginya kadar hormon kortisol dan adrenalin. Hormon ini juga memicu tubuh untuk melepaskan lemak ke dalam aliran darah sehingga masuk ke arteri koroner.
Arteri koroner adalah pembuluh darah yang membawa makanan kepada otot jantung. Hormon stres (adrenalin dan kortisol) yang tinggi dapat memicu platelet untuk membekukan darah di arteri koroner sehingga memperbesar resiko serangan jantung. Hal-hal sepele lain dari sikap tidak sabar yang sering dilakukan tanpa sadar ternyata justru dapat mengakibatkan dampak yang kurang baik bagi kesehatan dan salah satunya serangan jantung, yang dapat mengintai kita kapan pun tanpa memandang usia. Oleh karena itu, mulailah belajar sabar dari sekarang.
Dapat Menikmati Setiap Proses dan Menyelaraskan Ritme Hidup Dengan lingkungan
Setiap proses dalam hidup sangatlah berharga untuk dinikmati, akan banyak hal baru yang bisa ditemukan pada setiap prosesnya. Namun hal ini akan sulit dirasakan ketika seseorang berada dalam keadaan tertekan dan tidak sabar. Dampak ketidaksabaran itu tidak hanya berpengaruh pada diri sendiri tapi juga bagi orang lain yang ada disekitarnya. Mereka akan ikut merasa lelah melihat hidup kamu yang selalu diburu egomu sendiri. Karena itu kesabaran menjadi hal yang sangat penting karena dapat menyelaraskan hidup dengan lingkungan sekitar.
Mengontrol Diri Dan Mengubah Cara Pandang Untuk Segala Sesuatu Yang Ingin Dilakukan!
Kesabaran akan membantu kita dapat berpikir lebih jernih didalam setiap hal yang terjadi dalam hidup baik itu ketika sedang menghadapi masalah, atau hendak membuat keputusan. Tidak akan ada lagi perangai yang selalu menyalahkan orang lain ketika ada sesuatu hal yang berjalan tidak sesuai keinginan, karena kesabaran akan memberikan kita pandangan bahwa tidak semua orang bisa berbuat sesuai dengan keinginan. Hal ini akan membuat kita lebih berempati kepada orang lain sebelum menghakiminya, terbiasa mengedepankan kesabaran akan membuat kita menjadi orang yang lebih toleran kepada sesama.
Sabar Akan Membuatmu Berumur Panjang
Kesabaran akan berpengaruh positif pada kesehatan emosional kita. Kemampuan untuk dapat menahan dan mengatur emosi membuat sistem-sistem saraf akan stabil juga. Selain sabar, tidak mudah stres dan emosi juga bermanfaat pada kesehatan serta dapat memberikan kita umur yang panjang. Keadaan tubuh yang sehat dan baik serta jauh dari berbagai penyakit jelas akan memberikan kita umur yang lebih panjang dibandingkan orang yang tidak memiliki rasa sabar.
Sejatinya tidak ada sabar yang akan sia-sia, ada banyak hal baik yang akan kita dapatkan jika kita mampu mengelola rasa sabar dalam diri dan menempatkannya pada hal-hal yang memang seharusnya. Hal tersebut akan memberikan kita manfaat lahir dan batin, Karena sesungguhnya tak hanya dari sisi agama, ilmu kesehatan pun menganjurkan kita untuk bersikap sabar.

Leave a Reply
Hal-hal yang Kerap Luput dari Perhatian, Tentang Menikah Muda yang Banyak Digadang-gadang

Manfaat paling menonjol dari kampanye menikah muda yang belakang banyak disuarakan di media sosial, adalah ‘auto bahagia’ jika hubungan sudah sah. Padahal, kehidupan setelah menikah tak melulu tentang bahagia.
“Menikah menghindarkan kamu dari zinah, karena bisa ‘ena-ena’ dengan sah”
Jadi tagline lain yang dipakai untuk mendorong semangat para kawula muda untuk segera menikah.
Kamu pikir menikah hanya tentang Ena-ena saja? Begini, kalau kamu memang tak mau berzina, kamu hanya perlu tak melakukannya. Urusan selesai! Bukan lantas memilih menikah agar bisa melakukan hubungan seks dengan sah, apalagi dengan embel-embel karena itu adalah bagian dari ibadah. Pernikahan itu adalah sebuah prosesi yang suci, bukan sekedar legalisasi seks seperti yang kamu bayangkan.
Di twitter gerakan menikah muda banyak dinilai tak benar, bahkan tak sedikit dari warganet yang berpendapat itu hanyalah pembenaran dari manusia yang tak bisa menahan nafsunya saja. Tapi di sisi lain, sosial media macam Instagram, justru jadi ladang basah yang dijadikan wadah untuk mensuarakan gerakan menikah muda.
Mereka memilih mensederhanakan semuanya, tak perlu melanjutkan studi, menikah tanpa wali, hingga nominal biaya pernikahan yang sebenarnya cukup kecil. Lalu harus bagaimana kawula muda sebenarnya menyikapi gerakan ini? Ada beberapa hal yang perlu kita pahami.
Pernikahan Itu Sakral, Kamu Perlu Mempersiapkan Mental
Ini bukan cerita negeri dongeng yang selalu berakhir dengan bahagia, ini adalah kehidupan nyata, dimana bahagia bisa saja berdampingan dengan duka. Baru-baru ini Salmafina Sunan, pada salah satu wawancaranya berkata jika menjadi janda adalah sesuatu yang berat.
Ya, di usianya yang terbilang masih sangat belia, Salma sudah menjadi janda setelah sebelumnya pernah menikah dengan hafiz Alquran bernama Taqy. Semua perempuan, tak terkecuali Salma tentu tak pernah membayangkan jika pernikahannya harus berakhir di meja pengadilan. Dan hal lain yang akhirnya dijadikan alasan mengapa pernikahannya tersebut hanya berumur 3 bulan adalah kesiapan mental.
Di usia yang masih remaja atau belum cukup dewasa, bisa jadi kita masih berkelut mencari jati diri. Emosi yang masih meledak-ledak hingga logika yang sering dikesampingkan. Maka, daripada harus buru-buru memutuskan untuk menikah, sebaiknya siapkan mentalmu dulu saja.
Cinta Tak Membuatmu Kenyang, Kita Butuh Kesiapan Finansial
“Kalau sudah menikah, rejekinya pasti selalu ada”.
Tak bermaksud untuk meremehkan kuasa doa atau pun kepercayaanmu akan hal tersebut. Tapi manusia juga perlu berpikir dengan logika. Walau hidup tak melulu tentang materi dan harta, tapi berpikir bahwa menikah hanya butuh niat saja jelas salah. Selain kesiapan lain, finansial yang memadai jadi salah satu hal yang perlu dipikirkan.
Kalau sudah begini, biasanya mereka akan mengambil contoh beberapa pasangan yang memang sedari kecil sudah kaya. Menjadikan pasangan tersebut sebagai acuan, padahal tak semua pasangan yang menikah muda sudah stabil keuangannya. Alih-alih bisa membantu orang tua, biasanya pasangan yang menikah muda justru jadi penambah beban keluarga.
Akan Hidup Bersama Selamanya, Sudahkah Dirimu Yakin Bisa Berkomitmen dengan si Dia?
Bukan seperti pacaran yang bisa putus dan berganti pasangan, ketika memutuskan menikah. Itu artinya kita sudah berjanji untuk hidup bersama denganya selamanya. Bukannya memberikan gambaran tentang bagaimana kenyataan yang akan dihadapi dua orang, kampanye gerakan menikah muda lebih sering mempertunjukkan hal-hal manis nan bahagia.
Cintamu tak akan membara tetap besar, kadang kala kamu akan merasa dia jauh, mengecewakanmu, atau bahkan melukai hatimu. Disinilah komitmen akan bekerja tetap bersamanya atau memilih untuk berpisah saja. Dan tak hanya berkomitmen untuk pernikahan saja, kamu juga butuh berkomitmen untuk segala hal lain yang akan dilakukan selepas menikah.
Akan Jadi Istri atau Suami, Kamu Harus Mampu Mengontrol Emosi
Di usia yang masih belia, kemampuan untuk mengelola emosi masih jauh dari kata mumpuni. Hal-hal remeh yang sebenarnya bisa diredam sering jadi alasan pertengkaran dengan pasangan. Alih-alih bisa menghalau emosi pasangan, emosi dalam diri sendiri saja belum bisa dilawan.
Nah, ketidakmampuan kita untuk mengontrol emosi bisa jadi induk sikap dan perbuatan buruk lain yang mulai bermunculan. Bahkan tak sedikit yang kemudian berakhir dengan kekerasan. Merasa ia berubah, tak ada lagi cinta, kemudian memilih untuk bercerai saja. Padahal, bisa jadi kamulah yang memang terburu-buru. Tak mengenalnya lebih dalam, tiba-tiba menerima pinangan lalu kemudian menyesal.
Dan yang Terakhir, Pahami Juga Soal Kesehatan Reproduksi
Dengar, perempuan yang sudah melakukan hubungan seks pada rentan usia yang masih sangat muda beresiko besar terkena kanker serviks. Dilansir dari situs hellosehat.com, penelitian di British Journal for Cancer menunjukkan bahwa perempuan muda dengan kemampuan ekonomi menengah ke bawah lebih berisiko terjangkit infeksi HPV karena melakukan hubungan seks empat tahun lebih cepat dari perempuan muda dengan kondisi ekonomi yang lebih baik.
Padahal kanker serviks, jadi pembunuh nomor 2 paling berbahaya yang menyebabkan kematian bagi perempuan Indonesia. Tak sampai disitu saja, kamu juga harus tahu jika sebenarnya organ reproduksi perempuan di bawah usia 20 tahun yang belum siap mengandung dan melahirkan. Hasilnya, kesehatan reproduksi yang kerap diabaikan ini akan meningkatkan risiko kematian bagi ibu dan anak, tingginya angka anak yang lahir cacat, dan stunting.
Kalau sudah begini, masih mau bilang jika menikah muda jadi solusi dari masalahmu? Jangan menggebu dalam menentukan pilihan, karena hasilnnya bisa jadi hanya menambah beban.