Demi mendidik kita sebagai anak yang paham agama, sejak kecil orangtua kita tentu sudah mulai mengajari kita untuk berpuasa. Entah itu puasa seperempat hari, setengah hari hingga nanti terbiasa bisa seharian penuh. Dengan begitu, jika kelak kita dewasa. Ibadah puasa tak lagi jadi sesuatu yang berat.
Lalu setelah dewasa seperti saat ini, hal lain yang justru kita rindukan adalah momen puasa saat masih bocah dulu. Bisa bercanda dan bermain meski sedang tarawih bersama, pura-pura tak kuat hanya karena ingin es krim, hingga hal lucu lain yang membuat diri tertawa jika sedang mengingatnya. Barangkali kamu lupa, untuk itu kami merangkum beberapa hal lucu di momen puasa saat kita masih kecil.
Antara Malas atau Memang Pura-Pura, Kita Kerap Tidur di Waktu Sahur
Kalian semua pasti setuju kan, ketika masih kecil, rasanya susah sekali untuk bangun di pagi hari. Selain malas dan mengantuk, kala itu kita merasa makan saat baru bangun tidur tak seenak makan di siang hari. Melihat kita tertidur, ibu atau ayah sering tak tega untuk membangunkan. Hasilnya kita tak sahur dan diperbolehkan tak puasa. Hanya jadi akal-akalan, siasat ini sering kita lakukan jika sudah benar-benar malas untuk puasa.
Lalu Minta Izin Ibu untuk Puasa Setengah Hari
Berbeda dengan orang puasa pada umumnya yang berbuka saat magrib, wkatu masih kecil kita awalnya puasa setengah hari. Saat azan zuhur berkumandang, kita merasa bahagia sekali karena sudah bisa mekan sepuas hati. Selepas itu, kadang kita menlanjutkan puasa hingga magrib. Tapi kadang-kadang hanya sampai siang saja. Karena rasa lapar lebih sering menang atas ibadah yang ingin kita lakukan. Wah, kamu juga seperti itu ya?
Mengisi dan Menuliskan Agenda Ramadan
Semasa sekolah setiap kali bulan Ramadan tiba, kita akan diberi agenda harian oleh guru. Pada buku tersebut, kita akan menuliskan aktivitas apa saja yang kita lakukan sepajang bulan Ramadan. Mulai dari Ibadah shalat tarawih, membaca Al-Qur’an, membantu orang tua dan ikut kegiatan masjid, dan masih banyak lagi.
Tak hanya itu saja, ada pula kolom tentang isian ceramah pada ustad yang menyampaikan ceramah. Kita diminta untuk menuliskan apa hal yang menjadi kesimpulan dari ceramah yang kita dengarkan dan meminta tanda tangan dari sang imam. Dan sudah bisa dipastikan, kita akan segera berhamburan menghampiri penceramah ketika tarawih selesai.
Selain itu, hal lain yang mungkin jadi perbuatan tak terpuji adalah memalsukan tanda tangan orangtua atau mengisi semua daftar, meski kita tak sedang puassa. Haha, lucu ya.
Tarawih yang Identik dengan Perang Sarung
Selain untuk beribadah, alasan lain kita untuk tarawih saat kecil. Tentu saja karena ingin bermain dengan teman sebaya. Bahkan, beberapa kali kita mungkin mendapat omelan dari pada jamaah karena terlalu berisik dan menganggu ibadah. Anehnya kita tak pernah peduli dan tetap melanjutkan permainan.
Anak laki-laki mungkin akan bermain perang petasan atau perang sarung, sedangkan yang perempuan biasanya lebih suka untuk berdiam diri sambil bercerita-cerita dan tertawa. Dan berisiknya, tentu saja sama.
Dan Kenangan Paling Manis Tentu Saja Ketika Dapat Hadiah Karena Bisa Berpuasa Sebulan Penuh
Yap, jika di hari biasa kita meminta hadiah tak boleh, biasanya kalau sudah Ramadan tentu boleh. Dengan catatan ayah atau ibu pasti akan memberi syarat. Harus puasa sebulan penuh misalnya. Untuk mendapatkan apa yang kita inginkan, membayangkan hadiah sering kali pemicu yang membuat kita terus giat berpuasa.
Biasanya hadiah yang diberikan bisa sesuai dengan apa yang kita minta. Atau bisa pula jadi rahasia ayah dan ibu tercinta. Selain mendapat hadiah dari orangtua karena sudah berpuasa sebulan penuh. Kadang-kadang kita juga mendapat hadiah dari sanak keluarga lain. Sekarang, kalau ingat masa-masa itu kita sering tertawa sendiri. Berharap bisa sebahagia itu selamanya.
