Sekian lama bersama, kupikir aku jadi orang paling tahu kamu siapa. Menebak-nebak kamu tak akan mendua, hingga percaya bahwa akulah perempuan satu-satunya. Meski akhirnya aku harus membuka mata, karena ternyata aku salah. Ya, aku salah karena sudah terlalu percaya.
Cobaan berat untuk hubungan yang kupikir akan datang dari luar, justru lahir dari dia yang kusayang. Entah karena kau yang tak sepenuhnya sayang, atau aku yang memang tak bisa melihat kebohongan. Ini bukan tentang tak mampu setia atau rasa jenuh semata. Bagiku pengkhianat jelas tak bisa dikategorikan sebagai kebenaran. Sekalipun katamu itu hanyalah salah satu kekhilafan.
Menjadikanku Teman Kala Susah, Kupikir Kau Takkan Berubah Tapi Ternyata Aku Salah
“Tak semua perempuan mau hidup susah untuk memulai segalanya” Katamu, di satu sore yang pernah kita nikmati berdua. Dan kalimat tersebut jadi hal lain yang membuatku kian percaya, bahwa dirimu benar bersyukur atas hadirku. Tak pernah merasa butuh dibalas jasanya, apa yang selama ini kulakukan untuk hubungan kita berdua. Lahir dari ketulusan dan sayang yang memang benar adanya.
Manusiawi memang, jika katanya tak ada orang yang pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Hal itu pulalah yang mungkin kamu rasa. Tak berpikir bahwa hatiku akan terluka, tanpa merasa berdosa membagi hati dengan perempuan lainnya. Meski sudah mengelak setiap kali ku bertanya, aku bisa rasa bahwa dirimu mulai terlihat berbeda.
Aku salah, karena sudah terlalu percaya dan yakin bahwa kamu adalah lelaki yang setia.
Janji yang Pernah Ada Seolah Hanya Kata Kiasan Belaka dan Tak Lagi Bermakna
Lain dari sosok yang dulu kukagumi, perubahanmu yang terbilang cepat membuatku tak lagi bisa memahamimu dengan baik. Seolah aku tak pernah jadi bagian besar, dari segala mimpi yang kau punya. Semua janji dan mimpi bersama hilang begitu saja, tanpa tahu apa alasannya.
Pergi melipir untuk mencintai hati yang baru, dia yang dulu kucintai begitu dalam tak lagi ada pada dirimu yang sekarang. Tak terlihat menunjukkan sikap yang bersalah, semua pengakuan bohongmu hanya terdengar angin lalu saja. Tak bermakna dan tak juga tersirat rasa sesal apa-apa.
Aku Mungkin Bisa Bertahan dan Memaksamu untuk Kembali Sayang, Tapi Cinta yang Baik Tak Begitu Sayang
Beberapa teman memang menyarankanku untuk bertahan. Menunggumu kembali sabar dan tak lagi berbuat kesalahan. Menjaga hatiku untuk diriku seorang dengan semua tekanan yang mungkin bisa kulakukan. Untungnya, isi hati dan kepala mulai pulih dan membaik. Cinta yang baik untuk tentang bagaimana satu pihak ditekan untuk bersama. Tapi bagaimana keduanya bisa tetap bertahan tanpa diminta.
Sudah Kucoba untuk Kembali Bersama, Tapi…
Pernah kupikir untuk kesempatan kedua, biar bagaimanapun semua manusia bisa saja salah. Dan akan sangat berdosa jika diriku tak memberi ruang untukmu bisa memperbaikinya. Beberapa waktu, kita pernah merasa biasa. Kembali dengan kebiasaan lama yang dulu sering dilakukan berdua. Hingga akhinya aku sadar, jika upaya ini tidak bekerja.
Tak ada hasil signifikan yang bisa kujadikan acuan, jika kamu sudah tak lagi menyembunyikan sesuatu dibelakangku. Kecewa di babak pertama setelah tahu kamu mendua, lagi-lagi aku harus menahan ludah. Sebab kembali kecewa lagi untuk kesekian kalinya.
Bukan Sedang Ingin Menghitung Jerih Payah, Namun Apa yang Kuterima Jelas Salah
Aku tak pernah bilang jiika selama ini sudah berbuat terlalu banyak saat pacaran. Menjadi kawan setia yang selalau bersedia mendengarmu berkeluh kesah tentang pekerjaan, hingga akhirnya bisa duduk tenang dengan segala kemewahan yang memang sudah kamu pegang.
Aku tak bilang jika semua yang kau miliki sekarang adalah berkat aku yang tak pernah absen dibelakang. Biar bagaimanapun semua usaha itu lahir dari kegigihanmu. Tapi, ditinggalkan begitu saja saat semuanya sudah terasa mudah. Bukanlah sebuah perbuatan adil yang harus kuterima. Aku jelas tak bisa menahanmu, tapi dikhianati tanpa kutahu dimana letak salahku adalah hal terperih yang akan selalu aku ingat darimu.
Menyerah Bukan Berarti Kalah, Aku Hanya Ingin Hidupku Lebih Bahagia
Titik ini memang membawaku keluar dari kebiasaan lama. Tak lagi berlama-lama menimbang pperasaan. Keputusanku untuk melepaskanmu adalah cara terbaik untuk kita berdua. Dirimu tak lagi perlu merasa berdosa karena membuang kekasihmu yang telah bersama sekian lama. Sedangkan aku bisa belajar ikhlas untuk merelakanmu dengan perempuan lainnya.
Perkara sayang dan semua rasa cinta, memang tak bisa hilang dengan mudah. Beberapa hal yang terlihat mata, masih saja membawaku teringat pada kenangan kita. Tapi memaksa untuk terus bersama, jelas tak bisa. Untuk itu, aku belajar melepaskan genggaman, agar bisa digenggam oleh tangan lain yang lebih bisa membuatku bahagia lebih darimu.

Leave a Reply
Kalau 7 Hal Ini Sudah Kamu Miliki, Harusnya Menikah Muda Tak Lagi Menyakiti Hati

Mengikat diri dalam hubungan yang sakral dengan pasangan adalah sebuah keputusan besar. Ketika itu sudah terpenuhi, itu artinya kita sudah berjanji untuk saling setia sehidup semati. Jika kamu pikir ini adalah perkara biasa, tentu kamu salah. Butuh kesiapan yang matang dan bekal yang banyak agar nanti tak menyesal.
Tapi diusia yang masih terbilang muda, menikah sering jadi momok mengerikan yang banyak dihindari orang. Selain alasan kesiapan, ekspektasi yang tak sesuai disebut-sebut sebagai alasan untuk tak buru-buru menerima lamaran atau meminang pacar. Akan tetapi, ada hal lain yang juga perlu dibaca. Tentang beberapa kesiapan dan keyakinan yang bisa dijadikan alasan untuk menikah muda. Kira-kira apa saja ya?
Walau Tak Selalu Ada, Kamu Yakin Bisa Merasa Aman Setiap Kali Bersamanya
Sebelum yakin untuk menikah, kamu jelas perlu yakin pada pasanganmu dulu. Benarkan ia bisa menjadi sosok yang menyayangi dan mencintaimu setulus hati. Bisa jadi teman berbagi, dalam suka maupun duka. Karena biasanya, meski manis saat berpacaran ia bisa saja berubah ketika sudah menjadi suami atau istiri. Itulah penting untuk mengenalinya lebih dalam lagi.
Maka jika ternyata dirimu sudah meyakini, bahwa dia adalah orang yang bisa kamu percayai. Tak ada salahnya, jika memang ingin menikah pada usia yang masih muda.
Bersamanya Kamu Terus Belajar dan Tak Perlu Merasa Butuh Jadi yang Paling Benar
Akan menjalani hidup berdua, kamu dan dia akan menemukan berbagai macam tantangan. Dan bagaimana kalian tetap saling menguatkan adalah hal yang perlu dipertahankan. Nah, kayakinan lain yang juga perlu kamu lihat dan pelajari lagi, adalah kemampuannya jadi teman hidup yang mumpuni.
Dengannya kamu terus berkembang, berubah ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Tak lagi egois karena mementingkan diri sendiri, kini kamu paham bagaimana meredam emosi tatkala hati sedang dan bisa diajak kompromi.
Sudah Mantap Memahami Diri Sendiri Akan Membantumu untuk Memahami Dia yang Kau Cintai
Yap, sebelum menikah, pastikan dulu jika kamu bisa memahami dirimu dengan baik. Kamu tahu apa yang kamu mau, berbicara jika memang ada yang tak disukai. Dan tak perlu gengsi untuk mengatakan apa yang sebenarnya perlu disampaikan. Kemampuanmu memahami diri sendiri, jelas sangat membantu. Dengan begitu kamu akan semakin belajar lagi, untuk bisa menerka apa yang kelak ia mau. Percayalah, saling memahami adalah kunci sukses sebuah hubungan pernikahan.
Tanpa Harus Diminta, Kamu dan Pasangan Selalu Bersedia untuk Mendengarkan Keluh Kesah
Tidak hanya tentang hal-hal yang membuat bahagia, kelak kalian akan bertemu dengan berbagai macam persoalan berat yang jadi beban. Pasanganmu mungkin akan terlibat konflik dengan teman kerja, kamu yang juga mendadak bermalasah dengan sahabat SMA, hingga persoalan individu lain yang tadinya hanya kita saja yang merasa.
Nanti, karena sudah menjadi suami dan istri. Kalian pun akan berbagi, mendengar ketika yang satu bicara, atau berbicara ketika yang lain sedang mendengar dengan seksama. Tak selalu inginkan soluasi, terkadang pasangan hanya butuh didengar dan ditemani.
Ragu dan Curiga Itu Perkara Biasa, Namun Kalian Selalu Menemukan Cara untuk Menghalaunya
Meski sudah yakin dengan si dia, beberapa kali di kehidupan setelah menikah. Kamu mungkin akan ragu dengan pasanganmu, curiga kalau si dia melakukan sesuatu yang mencurangi hubungan. Tak perlu khawatir, rasa curiga dan keraguan yang kamu miliki adalah sesuatu yang biasa.
Hal lain yang jauh lebih penting adalah kemampuan kalian berdua untuk bisa menghalaunya. Untuk itu, tak hanya berdoa agar diberi kebahagian saja. Kamu juga perlu untuk meminta diberi kemampuan dalam hal mengusir keraguan pada pasangan.
Mengontrol Diri Itu Wajib, Kalian Tahu Kapan Harus Bersikeras Menantang dan Kapan Harus Diam
Pertengkaran yang terjadi selama pacaran, bisa dipakai jadi ajang pembelajaran untuk kehidupan setelah menikah. Kalian pasti akan bertentangan, tapi di lain hal juga sering sepaham. Kamu perlu untuk menentukan sikap dan tindakan dalam hal menghadapi si dia.
Pastikan diri mampu menselaraskan keinginan, dan bisa saling mengerti setiap kali ada pertentangan dalam hubungan. Kalau kemapuan ini sudah kamu miliki, menikah tak selalu jadi sesuatu yang sulit lagi.
Dan Kamu Yakin Dia Adalah Sumber Bahagia yang Terus Mengubah Hidup Lebih Baik dari Sebelumnya
Sudah merasa mantap dalam hal menemukan dia yang menjadi sumber bahagia. Kamu percaya bersama dia, ada bahagia lain yang terus selalu ada. Ia jadi tempat berbagi, menemani semua langkahmu setiap hari. Dengannya kamu tak lagi merasa sepi, karena bagimu ia adalah mentari yang selalu memberi terang dan kehangatan di setiap kesusahan yang kamu rasakan.
Menikah memang bukanlah keputusan remeh, kamu perlu mempersiapkan banyak hal untuk bisa melenggang ke pelaminan. Tapi lebih daripada itu, selain kesiapan mental dan finansial. Beberapa hal yang sedari tadi sudah dijelaskan, bisa jadi alasan mengapa akhirnya kamu mantap untuk memutuskan menikah muda.