Sering dengar kata simpati dan empati, tapi sudah tahukah perbedaannya? Mungkin begini ilustrasi sederhananya, saat kamu tak sengaja mengalami musibah, orang yang simpati biasanya cukup melihatmu dari jauh sembari mengirimkan doa. Namun orang yang empatinya bekerja biasanya akan menolongmu tak peduli sebelumnya sudah kenal denganmu atau belum. Hanya saja, baik simpati dan empati tak seperti hal positif dan negatif yang saling tolak-menolak. Keduanya justru sebuah respon yang baik dimana setiap orang pasti memilikinya. Tapi mungkin kadarnya yang berbeda-beda.
Bicara soal simpati dan empati, sudah sepatutnya kamu bisa merasakan adanya elemen ini dalam dirimu. Berkacalah dari mereka yang punya jiwa sosial tinggi, pasti di dalam hatinya mereka bisa mengkondisikan simpati dan empatinya untuk saling berkesinambungan. Sebab memang demikian, kalau simpati dan empatimu bekerja dengan cukup baik, maka akan lahir sikap atau karakter yang sangat peduli dan peka terhadap sekitarnya.
Sediakan Telinga untuk Mendengarkan Cerita Orang Lain, Tak Semua Orang Mampu dan Mau Memberi Diri untuk Melakukan Hal Ini
Meski kelihatannya mudah, sebenarnya tidak semua orang bisa jadi pendengar yang baik bagi orang lain. Saat ada seseorang yang bercerita, respon lawan bicaranya pun berbeda. Ada yang suka memotong pembicaraan, ada yang buang muka tak peduli, ada yang cepat bosan, dan semacamnya. Lihatlah, ternyata sekadar mendengarkan cerita orang lain pun tak semudah kelihatannya.
Untuk itu, kalau kamu mau melatih kepekaanmu untuk sekitar, tak ada salahnya mencoba cara ini, yaitu dengan memberi diri untuk mendengarkan sedikit cerita atau pergumulan yang dirasakan orang lain. Sebab untuk merasakan kesukaran orang lain, tak cukup hanya dengan simpati. Cobalah untuk berempati juga sekaligus memberi diri yaitu dengan mendengarkan ceritanya. Mungkin ada kalanya kamu merasa kalau mendengarkan tak banyak membantu, padahal bagi orang yang sedang merasa perlu teman, cukup didengar saja mereka sudah lega.
Saat Orang Lain Menceritakan Masalahnya, Libatkan Hatimu untuk Ikut Menampung Cerita Tersebut, Bukan Hanya dengan Basa-basi
Mendengarkan pun ada caranya. Bukan sekadar hadir lalu mendengarkan. Melainkan juga cobalah untuk menyimak setiap keluh kesahnya. Kalau boleh kukatakan, menyimak itu jauh lebih sukar dibanding hanya mendengarkan. Tapi dampaknya akan sangat luar biasa untuk orang yang sedang dilanda kesedihan. Dengan memberi diri untuk menyimak, kamu pun sedang berusaha memberikan hatimu untuk turut merasakan emosinya dan pergolakan batinnya.
Melibatkan hati adalah sesuatu yang sukar dilakukan. Apalagi bagi mereka yang terbiasa basa-basi. Bila simpati dan empati memang sudah ada di dalam dirimu, percayalah, untuk peka terhadap orang lain biasanya tak akan sulit. Justru itu akan membuatmu bisa mendorong orang lain untuk ikut peduli juga terhadap sekitarnya.
Utamakan Seseorang yang Memang Sedang Membutuhkan Keberadaanmu, Hal Itu Bisa Membuatnya Merasa Tenang
Orang yang sedang membutuhkan bantuan atau ingin didengarkan, sejatinya sedang mencari ketenangan. Kesulitan hidup yang sedang dihadapinnya membuatnya sukar berpikir tenang. Untuk itu, dia berusaha mencari orang yang mau menyimak dan mendengarkannya. Kalau kamu mau memberi diri untuk temanmu yang sedang dilanda persoalan berat, maka hal selanjutnya yang perlu kamu lakukan setelah menyimak ceritanya adalah membuatnya agar tetap merasa tenang.
Empati, simpati, bila disatukan sejatinya akan melahirkan sikap yang penuh kepekaan terhadap sekitarnya. Bila kamu bisa memunculkan elemen ini dalam dirimu, percayalah, keberadaanmu sangat berarti bagi orang lain, bukankah membahagiakan menjadi orang yang bisa menolong orang lain?

Leave a Reply
Kalau 7 Hal Ini Sudah Kamu Miliki, Harusnya Menikah Muda Tak Lagi Menyakiti Hati

Mengikat diri dalam hubungan yang sakral dengan pasangan adalah sebuah keputusan besar. Ketika itu sudah terpenuhi, itu artinya kita sudah berjanji untuk saling setia sehidup semati. Jika kamu pikir ini adalah perkara biasa, tentu kamu salah. Butuh kesiapan yang matang dan bekal yang banyak agar nanti tak menyesal.
Tapi diusia yang masih terbilang muda, menikah sering jadi momok mengerikan yang banyak dihindari orang. Selain alasan kesiapan, ekspektasi yang tak sesuai disebut-sebut sebagai alasan untuk tak buru-buru menerima lamaran atau meminang pacar. Akan tetapi, ada hal lain yang juga perlu dibaca. Tentang beberapa kesiapan dan keyakinan yang bisa dijadikan alasan untuk menikah muda. Kira-kira apa saja ya?
Walau Tak Selalu Ada, Kamu Yakin Bisa Merasa Aman Setiap Kali Bersamanya
Sebelum yakin untuk menikah, kamu jelas perlu yakin pada pasanganmu dulu. Benarkan ia bisa menjadi sosok yang menyayangi dan mencintaimu setulus hati. Bisa jadi teman berbagi, dalam suka maupun duka. Karena biasanya, meski manis saat berpacaran ia bisa saja berubah ketika sudah menjadi suami atau istiri. Itulah penting untuk mengenalinya lebih dalam lagi.
Maka jika ternyata dirimu sudah meyakini, bahwa dia adalah orang yang bisa kamu percayai. Tak ada salahnya, jika memang ingin menikah pada usia yang masih muda.
Bersamanya Kamu Terus Belajar dan Tak Perlu Merasa Butuh Jadi yang Paling Benar
Akan menjalani hidup berdua, kamu dan dia akan menemukan berbagai macam tantangan. Dan bagaimana kalian tetap saling menguatkan adalah hal yang perlu dipertahankan. Nah, kayakinan lain yang juga perlu kamu lihat dan pelajari lagi, adalah kemampuannya jadi teman hidup yang mumpuni.
Dengannya kamu terus berkembang, berubah ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Tak lagi egois karena mementingkan diri sendiri, kini kamu paham bagaimana meredam emosi tatkala hati sedang dan bisa diajak kompromi.
Sudah Mantap Memahami Diri Sendiri Akan Membantumu untuk Memahami Dia yang Kau Cintai
Yap, sebelum menikah, pastikan dulu jika kamu bisa memahami dirimu dengan baik. Kamu tahu apa yang kamu mau, berbicara jika memang ada yang tak disukai. Dan tak perlu gengsi untuk mengatakan apa yang sebenarnya perlu disampaikan. Kemampuanmu memahami diri sendiri, jelas sangat membantu. Dengan begitu kamu akan semakin belajar lagi, untuk bisa menerka apa yang kelak ia mau. Percayalah, saling memahami adalah kunci sukses sebuah hubungan pernikahan.
Tanpa Harus Diminta, Kamu dan Pasangan Selalu Bersedia untuk Mendengarkan Keluh Kesah
Tidak hanya tentang hal-hal yang membuat bahagia, kelak kalian akan bertemu dengan berbagai macam persoalan berat yang jadi beban. Pasanganmu mungkin akan terlibat konflik dengan teman kerja, kamu yang juga mendadak bermalasah dengan sahabat SMA, hingga persoalan individu lain yang tadinya hanya kita saja yang merasa.
Nanti, karena sudah menjadi suami dan istri. Kalian pun akan berbagi, mendengar ketika yang satu bicara, atau berbicara ketika yang lain sedang mendengar dengan seksama. Tak selalu inginkan soluasi, terkadang pasangan hanya butuh didengar dan ditemani.
Ragu dan Curiga Itu Perkara Biasa, Namun Kalian Selalu Menemukan Cara untuk Menghalaunya
Meski sudah yakin dengan si dia, beberapa kali di kehidupan setelah menikah. Kamu mungkin akan ragu dengan pasanganmu, curiga kalau si dia melakukan sesuatu yang mencurangi hubungan. Tak perlu khawatir, rasa curiga dan keraguan yang kamu miliki adalah sesuatu yang biasa.
Hal lain yang jauh lebih penting adalah kemampuan kalian berdua untuk bisa menghalaunya. Untuk itu, tak hanya berdoa agar diberi kebahagian saja. Kamu juga perlu untuk meminta diberi kemampuan dalam hal mengusir keraguan pada pasangan.
Mengontrol Diri Itu Wajib, Kalian Tahu Kapan Harus Bersikeras Menantang dan Kapan Harus Diam
Pertengkaran yang terjadi selama pacaran, bisa dipakai jadi ajang pembelajaran untuk kehidupan setelah menikah. Kalian pasti akan bertentangan, tapi di lain hal juga sering sepaham. Kamu perlu untuk menentukan sikap dan tindakan dalam hal menghadapi si dia.
Pastikan diri mampu menselaraskan keinginan, dan bisa saling mengerti setiap kali ada pertentangan dalam hubungan. Kalau kemapuan ini sudah kamu miliki, menikah tak selalu jadi sesuatu yang sulit lagi.
Dan Kamu Yakin Dia Adalah Sumber Bahagia yang Terus Mengubah Hidup Lebih Baik dari Sebelumnya
Sudah merasa mantap dalam hal menemukan dia yang menjadi sumber bahagia. Kamu percaya bersama dia, ada bahagia lain yang terus selalu ada. Ia jadi tempat berbagi, menemani semua langkahmu setiap hari. Dengannya kamu tak lagi merasa sepi, karena bagimu ia adalah mentari yang selalu memberi terang dan kehangatan di setiap kesusahan yang kamu rasakan.
Menikah memang bukanlah keputusan remeh, kamu perlu mempersiapkan banyak hal untuk bisa melenggang ke pelaminan. Tapi lebih daripada itu, selain kesiapan mental dan finansial. Beberapa hal yang sedari tadi sudah dijelaskan, bisa jadi alasan mengapa akhirnya kamu mantap untuk memutuskan menikah muda.