Persoalan gaji ketika berumah tangga seringkali masih jadi hal yang sensitif antara suami dan istri. Apalagi berdasarkan penelitian M Ena Inesi dan Adam D Galinsky dari London Business School dan Kellog Graduate School of Business, kesuksesan karier dalam sisi pendapatan ternyata sangat berpengaruh terhadap sikap seseorang di dalam rumah tangga.
Penelitian tersebut menjelaskan bahwa pihak yang berpenghasilan lebih tinggi dalam dalam sebuah keluarga cenderung merasa memiliki kekuatan atau kuasa. Lantas, bagaimana jika situasinya pendapatan istri lebih tinggi dibanding suami?
Sejatinya, belakangan ini fenomena dimana istri punya pendapatan lebih tinggi dari suami itu bukan lagi sesuatu yang langka. Itulah mungkin yang menjadi penyebab munculnya tipe-tipe suami yang jadi khawatir sendiri karena kariernya merasa tersaingi oleh sang istri. Memangnya salah kalau gaji istri lebih tinggi?
Hingga Hari Ini, Persoalan Gaji Istri Lebih Tinggi Katanya Masih Membuat Suami Deg-degan dan Merasa Terancam
Salah sih nggak ya, cuma mungkin hal ini belum lazim saja. Karena pada dasarnya, seorang pria memang akan merasa terancam dan tidak nyaman jika sang istri memiliki jabatan dan gaji yang lebih tinggi darinya. Terutama jika dalam rumah tangga tersebut masih memegang teguh nilai maskulinitas tradisional. Kecuali jika keduanya sepakat untuk fair mengenai karier dan pendapatan, biasanya situasi semacam ini bisa diatasi.
Meski sudah banyak literasi yang memberikan tips-tips mengatasi situasi semacam ini, pada praktiknya memang akan sulit. Bahkan berada disituasi semacam ini jelas mengorbankan emosi dan perasaan hingga menurunkan tingkat kekompakan pasutri. Tapi semuanya harus diatasi demi rumah tangga yang lebih baik.
Mengatasi Perasaan Intimidasi Adalah Salah Satu ‘Trik’ yang Perlu Dilakukan Oleh Pihak Suami Agar Tak Memicu KDRT
Apalagi perasaan yang merasa terancam di dalam diri suami kalau tidak segera diatasi akan jadi bom waktu baginya. Mengapa? Psikolog Anna Surti Ariani mengungkapkan, kalau suami merasa direndahkan, bisa saja dia balik merendahkan istrinya. Misalnya dengan tidak memberikan uang belanja ke istri dengan alasan istrinya sudah punya penghasilan yang jauh lebih tinggi.
Lebih parahnya, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) nyatanya bisa diawali dari kesenjangan penghasilan. Ingat, KDRT pun tak hanya lewat fisik, tanpa disadari tutur kata yang menyinggung pasangan bisa jadi KDRT bentuk verbal.
Di Pihak Istri, Lantas Harus Bagaimana Menyikapi Situasi Ini? Haruskah Melepas Pekerjaan Padahal Itu Pekerjaan Impian?
Pada situasi semacam ini, istri berperan sebagai inisiator supaya konflik tidak semakin meluas tentunya. Komunikasi perihal apa pun itu penting sekali. Termasuk berkomunikasi mengenai hal-hal yang mungkin mengganggu pasangan jika penghasilan istri lebih tinggi. Sebaiknya katakan itu secara spesifik dan mendetail.
Dengan rutin berkomunikasi perihal apa pun sejatinya akan menurunkan tensi kekhawatiran dan melatih kekompakan pasutri. Bukan tak mungkin suami akan tetap mengizinkan istrinya untuk berkarier. Istri yang sebelumnya belum bisa memahami isi hati suaminya sepenuhnya pun akan jadi lebih tahu. Mungkin kekhawatiran suami kali ini bukan hanya soal merasa tersaingi, tapi mungkin juga cemas jika jabatan istri lebih tinggi nanti jadi kerap pulang malam seiring meningkatnya beban pekerjaan.
Mengelola Gaji Secara Bersama Bisa Jadi Salah Satu Solusi Demi Mengusir Kesenjangan Sosial
Jika pasutri telah membahas dan menemukan visi berkeluarga, alangkah baiknya mengelola gaji bersama. Bukan apa-apa, jika value berkeluarga telah dibicarakan, maka akan lebih mudah menemukan visi berkeluarga. Termasuk dalam pengelolaan gaji.
Ya, gaji perlu dikelola untuk mencapai tujuan bersama dan memenuhi kebutuhan bersama. Kali ini kedewasaan dan pengertian antar pasutri jelas diperlukan. Apalagi pasutri adalah partner seumur hidup. Karenanya transparansi alias keterbukaan satu dengan yang lain pun mutlak diperlukan.
Dibanding Membangun Kekhawatiran yang Berlebih, Akan Lebih Baik Suami Menuntun Istri untuk Membangun Keyakinan Positif
Di lain sisi, hal yang paling penting dibangun dalam kondisi ini adalah keyakinan positif. Berpikir positif dan berkomunikasi dengan baik-baik akan menghantarkan kamu dan pasangan memupuk keyakinan yang positif.
Kamu perlu menyadari, keyakinan positif akan melahirkan pemikiran jika berapa pun gaji pasanganmu pada akhirnya punya tujuan untuk dikelola bersama sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Percayalah, keyakinan positif akan menghilangkan segala pola pikir dan kekhawatiran yang negatif yang muncul karena gaji istri lebih besar dari suami.

Leave a Reply
Kalau 7 Hal Ini Sudah Kamu Miliki, Harusnya Menikah Muda Tak Lagi Menyakiti Hati

Mengikat diri dalam hubungan yang sakral dengan pasangan adalah sebuah keputusan besar. Ketika itu sudah terpenuhi, itu artinya kita sudah berjanji untuk saling setia sehidup semati. Jika kamu pikir ini adalah perkara biasa, tentu kamu salah. Butuh kesiapan yang matang dan bekal yang banyak agar nanti tak menyesal.
Tapi diusia yang masih terbilang muda, menikah sering jadi momok mengerikan yang banyak dihindari orang. Selain alasan kesiapan, ekspektasi yang tak sesuai disebut-sebut sebagai alasan untuk tak buru-buru menerima lamaran atau meminang pacar. Akan tetapi, ada hal lain yang juga perlu dibaca. Tentang beberapa kesiapan dan keyakinan yang bisa dijadikan alasan untuk menikah muda. Kira-kira apa saja ya?
Walau Tak Selalu Ada, Kamu Yakin Bisa Merasa Aman Setiap Kali Bersamanya
Sebelum yakin untuk menikah, kamu jelas perlu yakin pada pasanganmu dulu. Benarkan ia bisa menjadi sosok yang menyayangi dan mencintaimu setulus hati. Bisa jadi teman berbagi, dalam suka maupun duka. Karena biasanya, meski manis saat berpacaran ia bisa saja berubah ketika sudah menjadi suami atau istiri. Itulah penting untuk mengenalinya lebih dalam lagi.
Maka jika ternyata dirimu sudah meyakini, bahwa dia adalah orang yang bisa kamu percayai. Tak ada salahnya, jika memang ingin menikah pada usia yang masih muda.
Bersamanya Kamu Terus Belajar dan Tak Perlu Merasa Butuh Jadi yang Paling Benar
Akan menjalani hidup berdua, kamu dan dia akan menemukan berbagai macam tantangan. Dan bagaimana kalian tetap saling menguatkan adalah hal yang perlu dipertahankan. Nah, kayakinan lain yang juga perlu kamu lihat dan pelajari lagi, adalah kemampuannya jadi teman hidup yang mumpuni.
Dengannya kamu terus berkembang, berubah ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Tak lagi egois karena mementingkan diri sendiri, kini kamu paham bagaimana meredam emosi tatkala hati sedang dan bisa diajak kompromi.
Sudah Mantap Memahami Diri Sendiri Akan Membantumu untuk Memahami Dia yang Kau Cintai
Yap, sebelum menikah, pastikan dulu jika kamu bisa memahami dirimu dengan baik. Kamu tahu apa yang kamu mau, berbicara jika memang ada yang tak disukai. Dan tak perlu gengsi untuk mengatakan apa yang sebenarnya perlu disampaikan. Kemampuanmu memahami diri sendiri, jelas sangat membantu. Dengan begitu kamu akan semakin belajar lagi, untuk bisa menerka apa yang kelak ia mau. Percayalah, saling memahami adalah kunci sukses sebuah hubungan pernikahan.
Tanpa Harus Diminta, Kamu dan Pasangan Selalu Bersedia untuk Mendengarkan Keluh Kesah
Tidak hanya tentang hal-hal yang membuat bahagia, kelak kalian akan bertemu dengan berbagai macam persoalan berat yang jadi beban. Pasanganmu mungkin akan terlibat konflik dengan teman kerja, kamu yang juga mendadak bermalasah dengan sahabat SMA, hingga persoalan individu lain yang tadinya hanya kita saja yang merasa.
Nanti, karena sudah menjadi suami dan istri. Kalian pun akan berbagi, mendengar ketika yang satu bicara, atau berbicara ketika yang lain sedang mendengar dengan seksama. Tak selalu inginkan soluasi, terkadang pasangan hanya butuh didengar dan ditemani.
Ragu dan Curiga Itu Perkara Biasa, Namun Kalian Selalu Menemukan Cara untuk Menghalaunya
Meski sudah yakin dengan si dia, beberapa kali di kehidupan setelah menikah. Kamu mungkin akan ragu dengan pasanganmu, curiga kalau si dia melakukan sesuatu yang mencurangi hubungan. Tak perlu khawatir, rasa curiga dan keraguan yang kamu miliki adalah sesuatu yang biasa.
Hal lain yang jauh lebih penting adalah kemampuan kalian berdua untuk bisa menghalaunya. Untuk itu, tak hanya berdoa agar diberi kebahagian saja. Kamu juga perlu untuk meminta diberi kemampuan dalam hal mengusir keraguan pada pasangan.
Mengontrol Diri Itu Wajib, Kalian Tahu Kapan Harus Bersikeras Menantang dan Kapan Harus Diam
Pertengkaran yang terjadi selama pacaran, bisa dipakai jadi ajang pembelajaran untuk kehidupan setelah menikah. Kalian pasti akan bertentangan, tapi di lain hal juga sering sepaham. Kamu perlu untuk menentukan sikap dan tindakan dalam hal menghadapi si dia.
Pastikan diri mampu menselaraskan keinginan, dan bisa saling mengerti setiap kali ada pertentangan dalam hubungan. Kalau kemapuan ini sudah kamu miliki, menikah tak selalu jadi sesuatu yang sulit lagi.
Dan Kamu Yakin Dia Adalah Sumber Bahagia yang Terus Mengubah Hidup Lebih Baik dari Sebelumnya
Sudah merasa mantap dalam hal menemukan dia yang menjadi sumber bahagia. Kamu percaya bersama dia, ada bahagia lain yang terus selalu ada. Ia jadi tempat berbagi, menemani semua langkahmu setiap hari. Dengannya kamu tak lagi merasa sepi, karena bagimu ia adalah mentari yang selalu memberi terang dan kehangatan di setiap kesusahan yang kamu rasakan.
Menikah memang bukanlah keputusan remeh, kamu perlu mempersiapkan banyak hal untuk bisa melenggang ke pelaminan. Tapi lebih daripada itu, selain kesiapan mental dan finansial. Beberapa hal yang sedari tadi sudah dijelaskan, bisa jadi alasan mengapa akhirnya kamu mantap untuk memutuskan menikah muda.