Kamu sering dengar kalimat “Aku bilang juga apa!”, “kemarin juga sudah saya bilangin kan” dan kalimat sejenis? Atau jangan-jangan kamu justru yang paling sering mengeluarkan kalimat seperti itu?
Kalau iya memang kenapa? Masalahnya dimana? Sadarkah kawan, dalam kondisi apapun kalimat “udah gue bilangin” itu tidak akan pernah punya dampak yang bagus. Kenapa? Karena kalimat itu sama saja dengan memberi garam di luka seseorang. Atau seperti menendang keras seseorang yang sedang jatuh.
Kalimat itu merupakan buah ego dari kesombongan seseorang. Mengeluarkan kata-kata tersebut sebenarnya selubung untuk mengatakan “Saya benar dan kamu salah besar”. Dan individu dengan ego ingin menunjuk kesalahan orang lain yang besar adalah milik mereka-mereka yang belum dewasa. Yup, hanya anak kecil yang mendapatkan kesenangan dari menemukan kesalahan orang lain.
Lebih parahnya lagi, kadang seseorang atau bahkan kamu mencoba memperhalus bahasanya. Misalnya dengan menambahkan, “sebenarnya aku gak mau ngomong ini nih, tapi kan aku udah bilang kemarin”. Masalahnya, tidak ada orang yang mengatakan apa yang tidak mau dikatakannya. Berarti pula selain senang menyalahkan, orang yang seperti ini gemar membohongi dirinya sendiri.
Lalu apa yang harus kita katakan, jika berada di situasi macam itu? Hal pertama yang harus dilakukan adalah memastikan ego kita tidak dalam keadaan tinggi. Ketidakberuntungan lawan bicara kita, bukanlah karena tidak mendengar nasihat yang kita berikan sebelumnya. Namun semua terjadi karena ketidakcermatannya melakukan sesuatu. So, ingatlah kita tidak punya andil dalam kegagalannya. Camkan itu dalam hati baik-baik.
Tidak perlu menambah penderitaannya. Walaupun keinginan menyatakan kemenangan begitu besar, jangan lakukan. Karena itu hanya membuat kita menjadi anak kecil. Dengarkan keluh kesahnya, berikan dukungan jika ia memintanya.
Dukungan bisa kamu berikan dengan mengucapkan kalimat-kalimat berikut:
Bernuansa pengalaman: “Iya aku yakin ini gak enak. Tapi setidaknya sekarang kita tahu kalau hal seperti ini gak enak. Jadikan pelajaran saja, saatnya mencoba lagi”
Bernuansa Candaan: “Wah bener-bener gak seperti yang kamu pikir dan rencanakan ya? Coba tadi aku rekam pakai kamera handphone pas kejadian buat aku simpan…hey bercanda…sudah ayo kita cari jalan keluarnya”
Bernuansa Bijak: “Wow, kalau kamu bilang ini pengalaman terburuk kamu sepanjang hidup, percaya deh berarti kamu termasuk orang beruntung, ini gak ada apa-apanya kok”
Bernuansa Pribadi: “Kamu bilang ini bikin kamu sedih banget? Kamu gak tahu ya sudah berapa kali aku mengalami hal yang sama seperti kamu? Aku sering, malah kesalahanku lebih parah dari kamu kok!”
Nah, itu alternatif ketika kamu ingin melontarkan kalimat “Udah dibilangin gak percaya sih”. Hindarilah mengucapkan “sudah kubilang” karena kalimat itu kasar dan tak berperasaan. Kalau kamu terus menerus mengatakan hal-hal macam itu, niscaya kamu tidak akan punya teman. Masih ngotot mau mengatakan hal itu dan menurut kamu tidak apa-apa? Silahkan saja! Nanti kalau akhirnya kamu merasa tidak punya kawan, aku tinggal bilang:
“Lagian udah dibilangin gak percaya sih!”

Leave a Reply
Kalau 7 Hal Ini Sudah Kamu Miliki, Harusnya Menikah Muda Tak Lagi Menyakiti Hati

Mengikat diri dalam hubungan yang sakral dengan pasangan adalah sebuah keputusan besar. Ketika itu sudah terpenuhi, itu artinya kita sudah berjanji untuk saling setia sehidup semati. Jika kamu pikir ini adalah perkara biasa, tentu kamu salah. Butuh kesiapan yang matang dan bekal yang banyak agar nanti tak menyesal.
Tapi diusia yang masih terbilang muda, menikah sering jadi momok mengerikan yang banyak dihindari orang. Selain alasan kesiapan, ekspektasi yang tak sesuai disebut-sebut sebagai alasan untuk tak buru-buru menerima lamaran atau meminang pacar. Akan tetapi, ada hal lain yang juga perlu dibaca. Tentang beberapa kesiapan dan keyakinan yang bisa dijadikan alasan untuk menikah muda. Kira-kira apa saja ya?
Walau Tak Selalu Ada, Kamu Yakin Bisa Merasa Aman Setiap Kali Bersamanya
Sebelum yakin untuk menikah, kamu jelas perlu yakin pada pasanganmu dulu. Benarkan ia bisa menjadi sosok yang menyayangi dan mencintaimu setulus hati. Bisa jadi teman berbagi, dalam suka maupun duka. Karena biasanya, meski manis saat berpacaran ia bisa saja berubah ketika sudah menjadi suami atau istiri. Itulah penting untuk mengenalinya lebih dalam lagi.
Maka jika ternyata dirimu sudah meyakini, bahwa dia adalah orang yang bisa kamu percayai. Tak ada salahnya, jika memang ingin menikah pada usia yang masih muda.
Bersamanya Kamu Terus Belajar dan Tak Perlu Merasa Butuh Jadi yang Paling Benar
Akan menjalani hidup berdua, kamu dan dia akan menemukan berbagai macam tantangan. Dan bagaimana kalian tetap saling menguatkan adalah hal yang perlu dipertahankan. Nah, kayakinan lain yang juga perlu kamu lihat dan pelajari lagi, adalah kemampuannya jadi teman hidup yang mumpuni.
Dengannya kamu terus berkembang, berubah ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Tak lagi egois karena mementingkan diri sendiri, kini kamu paham bagaimana meredam emosi tatkala hati sedang dan bisa diajak kompromi.
Sudah Mantap Memahami Diri Sendiri Akan Membantumu untuk Memahami Dia yang Kau Cintai
Yap, sebelum menikah, pastikan dulu jika kamu bisa memahami dirimu dengan baik. Kamu tahu apa yang kamu mau, berbicara jika memang ada yang tak disukai. Dan tak perlu gengsi untuk mengatakan apa yang sebenarnya perlu disampaikan. Kemampuanmu memahami diri sendiri, jelas sangat membantu. Dengan begitu kamu akan semakin belajar lagi, untuk bisa menerka apa yang kelak ia mau. Percayalah, saling memahami adalah kunci sukses sebuah hubungan pernikahan.
Tanpa Harus Diminta, Kamu dan Pasangan Selalu Bersedia untuk Mendengarkan Keluh Kesah
Tidak hanya tentang hal-hal yang membuat bahagia, kelak kalian akan bertemu dengan berbagai macam persoalan berat yang jadi beban. Pasanganmu mungkin akan terlibat konflik dengan teman kerja, kamu yang juga mendadak bermalasah dengan sahabat SMA, hingga persoalan individu lain yang tadinya hanya kita saja yang merasa.
Nanti, karena sudah menjadi suami dan istri. Kalian pun akan berbagi, mendengar ketika yang satu bicara, atau berbicara ketika yang lain sedang mendengar dengan seksama. Tak selalu inginkan soluasi, terkadang pasangan hanya butuh didengar dan ditemani.
Ragu dan Curiga Itu Perkara Biasa, Namun Kalian Selalu Menemukan Cara untuk Menghalaunya
Meski sudah yakin dengan si dia, beberapa kali di kehidupan setelah menikah. Kamu mungkin akan ragu dengan pasanganmu, curiga kalau si dia melakukan sesuatu yang mencurangi hubungan. Tak perlu khawatir, rasa curiga dan keraguan yang kamu miliki adalah sesuatu yang biasa.
Hal lain yang jauh lebih penting adalah kemampuan kalian berdua untuk bisa menghalaunya. Untuk itu, tak hanya berdoa agar diberi kebahagian saja. Kamu juga perlu untuk meminta diberi kemampuan dalam hal mengusir keraguan pada pasangan.
Mengontrol Diri Itu Wajib, Kalian Tahu Kapan Harus Bersikeras Menantang dan Kapan Harus Diam
Pertengkaran yang terjadi selama pacaran, bisa dipakai jadi ajang pembelajaran untuk kehidupan setelah menikah. Kalian pasti akan bertentangan, tapi di lain hal juga sering sepaham. Kamu perlu untuk menentukan sikap dan tindakan dalam hal menghadapi si dia.
Pastikan diri mampu menselaraskan keinginan, dan bisa saling mengerti setiap kali ada pertentangan dalam hubungan. Kalau kemapuan ini sudah kamu miliki, menikah tak selalu jadi sesuatu yang sulit lagi.
Dan Kamu Yakin Dia Adalah Sumber Bahagia yang Terus Mengubah Hidup Lebih Baik dari Sebelumnya
Sudah merasa mantap dalam hal menemukan dia yang menjadi sumber bahagia. Kamu percaya bersama dia, ada bahagia lain yang terus selalu ada. Ia jadi tempat berbagi, menemani semua langkahmu setiap hari. Dengannya kamu tak lagi merasa sepi, karena bagimu ia adalah mentari yang selalu memberi terang dan kehangatan di setiap kesusahan yang kamu rasakan.
Menikah memang bukanlah keputusan remeh, kamu perlu mempersiapkan banyak hal untuk bisa melenggang ke pelaminan. Tapi lebih daripada itu, selain kesiapan mental dan finansial. Beberapa hal yang sedari tadi sudah dijelaskan, bisa jadi alasan mengapa akhirnya kamu mantap untuk memutuskan menikah muda.