“Kapan nikah? “Mau sampai kapan sendiri aja? Ingat umur, jangan ditunda-tunda lagi. Apa kamu mau jadi perawan tua?” Pertanyaan-pertanyaan semacam itu sering membuatku ingin meledak. Apa mereka tidak tahu kalau setiap orang punya pemikiran yang berbeda-beda?
Ingin rasanya aku berteriak di wajah mereka. “Ini kehidupanku! Aku yang memegang keputusan! Bukan kamu!” Lagipula, aku memang ingin lebih selektif dalam menentukan siapa pria yang cocok untuk menjadi pendamping hidupku. Aku ingin pernikahan yang berjalan tanpa akhir.
Sekarang coba hitung, berapa banyak gugatan cerai yang dilayangkan ke pengadilan setiap harinya? Apa yang menjadi penyebab itu semua? Jawaban mereka umumnya sama, “Kami merasa sudah tidak cocok lagi”. Itu semua adalah kata lain dari salah pilih pasangan. Dan aku tidak mau jika pernikahanku berakhir dengan alasan salah pilih pasangan.
Aku Tidak Ingin Membebani Orangtua Lagi, Aku Ingin Menikah dengan Biaya Sendiri

Salah satu alasanku tidak ingin terburu-buru menikah adalah soal biaya. Aku tidak ingin membebani orangtuaku. Aku ingin mereka bisa pensiun dengan berkecukupan. Aku ingin pernikahan impianku digelar atas biayaku sendiri dan pasangan.
Aku juga tidak berharap atau bermimpi terlalu jauh bisa mendapatkan pasangan yang kaya raya. Maka aku sibuk bekerja untuk menabung sebanyak-banyaknya. Aku tidak ingin menggantungkan diri pada orangtua, pasangan apa lagi sampai berutang ke bank untuk menikah.
Masih Banyak Hal yang Ingin Aku Lakukan dan Tempat yang Ingin Aku Kunjungi
Hidup adalah pilihan. Aku menghargai pilihan teman-temanku yang menikah muda, hamil, melahirkan, menyusui lalu mengurus anak dan suami. Jika mereka bahagia, aku tidak masalah. Toh itu kehidupan mereka. Tapi aku punya cara pikir berbeda.
Sekarang aku punya karir yang baik dan uang yang cukup. Aku ingin traveling, mengunjungi berbagai tempat yang indah dan mengumpulkan kenangan. Mumpung masih muda, punya waktu dan uang. Aku ingin melakukan berbagai hal-hal seru yang mungkin tidak bisa dilakukan lagi ketika sudah berkeluarga.
Aku tidak ingin bertengkar dengan suamiku hanya karena ingin melakukan hal-hal yang aku suka. Aku juga tidak ingin meninggalkan anakku untuk jalan-jalan. Aku ingin puas menghabiskan masa mudaku sebelum menikah. Ketika sudah punya anak, aku harus mepertanggungjawabkan tugasku sebagai ibu sekaligus istri.
Aku Tahu Tidak Ada Orang yang Sempurna, Maka Aku Mencari Pasangan yang Mau Menerima Kekuranganku
Selama ini aku mungkin terlihat sangat pemilih. Tapi bukannya karena aku mencari sosok yang sempurna, tanpa kekurangan sama sekali. Justru aku sudah berkali-kali mencoba memahami mereka. Aku tahu betul ini hal yang sulit. Aku juga punya kekurangan. Selama ini justru aku sudah cukup dikecewakan.
Mereka tidak bisa menerima kekuranganku. Padahal untuk menjalin hubungan yang lebih serius dan untuk jangka panjang, kita harus menerima kekurangan dan kelebihan pasangan. Maka aku rasa memang ini belum waktunya. Aku harus bersabar menunggu lebih lama hingga dia tiba. Dia yang mau menerima diriku apa adanya.
Aku Bukan Orang yang Anti Ikatan, Aku Juga Ingin Berkeluarga, Jadi Jangan Menilaiku Sembarangan
Jika kamu pikir aku tidak kunjung menikah karena aku anti ikatan, kamu salah besar! Aku bukan seperti yang kamu pikir. Aku juga tidak ingin terlalu lama sendiri. Aku ingin membangun keluarga kecil yang bahagia dan menghabiskan hidup bersama pasangan yang aku cintai.
Tapi masalahnya, untuk mendapatkan pasangan yang cocok tidak semudah belanja buah atau sayur. Tinggal datang ke supermarket, sudah tersedia barangnya dan tinggal pilih. Mencari pasangan itu butuh momen dan kesempatan yang pas.
Aku Tidak Ingin Terjebak dalam Kehidupan Rumah Tangga yang Menyiksa
Sudah banyak kasus perceraian yang terjadi di sekitarku. Padahal mereka berkenalan sendiri, pacaran lalu menikah dengan cepat. Saat itu mereka tampak begitu bahagia. Entah kenapa hanya sebentar, mereka sudah memutuskan berpisah.
Ada yang karena perselingkuhan, ada juga yang karena kekerasan dalam rumah tangga. Ini yang membuatku kadang takut. Bagaimana kalau harus terjebak dalam kehidupan rumah tangga yang menyiksa? Aku tidak mau mengalami hal seperti itu. Bertahun-tahun menahan sakit hati karena konflik dengan pasangan atau mertua.
Jika harus bercerai pun, aku takut harus menjadi single parent. Belum lagi status sebagai janda yang harus aku sandang. Mungkin ini berlebihan, belum menikah tapi sudah memikirkan perceraian. Tapi tidak pernah ada yang tahu masa depan. Inilah yang membuatku sangat berhati-hati sebelum menentukan menikah.

1 Comment
Leave a Reply
Kalau 7 Hal Ini Sudah Kamu Miliki, Harusnya Menikah Muda Tak Lagi Menyakiti Hati

Mengikat diri dalam hubungan yang sakral dengan pasangan adalah sebuah keputusan besar. Ketika itu sudah terpenuhi, itu artinya kita sudah berjanji untuk saling setia sehidup semati. Jika kamu pikir ini adalah perkara biasa, tentu kamu salah. Butuh kesiapan yang matang dan bekal yang banyak agar nanti tak menyesal.
Tapi diusia yang masih terbilang muda, menikah sering jadi momok mengerikan yang banyak dihindari orang. Selain alasan kesiapan, ekspektasi yang tak sesuai disebut-sebut sebagai alasan untuk tak buru-buru menerima lamaran atau meminang pacar. Akan tetapi, ada hal lain yang juga perlu dibaca. Tentang beberapa kesiapan dan keyakinan yang bisa dijadikan alasan untuk menikah muda. Kira-kira apa saja ya?
Walau Tak Selalu Ada, Kamu Yakin Bisa Merasa Aman Setiap Kali Bersamanya
Sebelum yakin untuk menikah, kamu jelas perlu yakin pada pasanganmu dulu. Benarkan ia bisa menjadi sosok yang menyayangi dan mencintaimu setulus hati. Bisa jadi teman berbagi, dalam suka maupun duka. Karena biasanya, meski manis saat berpacaran ia bisa saja berubah ketika sudah menjadi suami atau istiri. Itulah penting untuk mengenalinya lebih dalam lagi.
Maka jika ternyata dirimu sudah meyakini, bahwa dia adalah orang yang bisa kamu percayai. Tak ada salahnya, jika memang ingin menikah pada usia yang masih muda.
Bersamanya Kamu Terus Belajar dan Tak Perlu Merasa Butuh Jadi yang Paling Benar
Akan menjalani hidup berdua, kamu dan dia akan menemukan berbagai macam tantangan. Dan bagaimana kalian tetap saling menguatkan adalah hal yang perlu dipertahankan. Nah, kayakinan lain yang juga perlu kamu lihat dan pelajari lagi, adalah kemampuannya jadi teman hidup yang mumpuni.
Dengannya kamu terus berkembang, berubah ke arah yang lebih baik dari sebelumnya. Tak lagi egois karena mementingkan diri sendiri, kini kamu paham bagaimana meredam emosi tatkala hati sedang dan bisa diajak kompromi.
Sudah Mantap Memahami Diri Sendiri Akan Membantumu untuk Memahami Dia yang Kau Cintai
Yap, sebelum menikah, pastikan dulu jika kamu bisa memahami dirimu dengan baik. Kamu tahu apa yang kamu mau, berbicara jika memang ada yang tak disukai. Dan tak perlu gengsi untuk mengatakan apa yang sebenarnya perlu disampaikan. Kemampuanmu memahami diri sendiri, jelas sangat membantu. Dengan begitu kamu akan semakin belajar lagi, untuk bisa menerka apa yang kelak ia mau. Percayalah, saling memahami adalah kunci sukses sebuah hubungan pernikahan.
Tanpa Harus Diminta, Kamu dan Pasangan Selalu Bersedia untuk Mendengarkan Keluh Kesah
Tidak hanya tentang hal-hal yang membuat bahagia, kelak kalian akan bertemu dengan berbagai macam persoalan berat yang jadi beban. Pasanganmu mungkin akan terlibat konflik dengan teman kerja, kamu yang juga mendadak bermalasah dengan sahabat SMA, hingga persoalan individu lain yang tadinya hanya kita saja yang merasa.
Nanti, karena sudah menjadi suami dan istri. Kalian pun akan berbagi, mendengar ketika yang satu bicara, atau berbicara ketika yang lain sedang mendengar dengan seksama. Tak selalu inginkan soluasi, terkadang pasangan hanya butuh didengar dan ditemani.
Ragu dan Curiga Itu Perkara Biasa, Namun Kalian Selalu Menemukan Cara untuk Menghalaunya
Meski sudah yakin dengan si dia, beberapa kali di kehidupan setelah menikah. Kamu mungkin akan ragu dengan pasanganmu, curiga kalau si dia melakukan sesuatu yang mencurangi hubungan. Tak perlu khawatir, rasa curiga dan keraguan yang kamu miliki adalah sesuatu yang biasa.
Hal lain yang jauh lebih penting adalah kemampuan kalian berdua untuk bisa menghalaunya. Untuk itu, tak hanya berdoa agar diberi kebahagian saja. Kamu juga perlu untuk meminta diberi kemampuan dalam hal mengusir keraguan pada pasangan.
Mengontrol Diri Itu Wajib, Kalian Tahu Kapan Harus Bersikeras Menantang dan Kapan Harus Diam
Pertengkaran yang terjadi selama pacaran, bisa dipakai jadi ajang pembelajaran untuk kehidupan setelah menikah. Kalian pasti akan bertentangan, tapi di lain hal juga sering sepaham. Kamu perlu untuk menentukan sikap dan tindakan dalam hal menghadapi si dia.
Pastikan diri mampu menselaraskan keinginan, dan bisa saling mengerti setiap kali ada pertentangan dalam hubungan. Kalau kemapuan ini sudah kamu miliki, menikah tak selalu jadi sesuatu yang sulit lagi.
Dan Kamu Yakin Dia Adalah Sumber Bahagia yang Terus Mengubah Hidup Lebih Baik dari Sebelumnya
Sudah merasa mantap dalam hal menemukan dia yang menjadi sumber bahagia. Kamu percaya bersama dia, ada bahagia lain yang terus selalu ada. Ia jadi tempat berbagi, menemani semua langkahmu setiap hari. Dengannya kamu tak lagi merasa sepi, karena bagimu ia adalah mentari yang selalu memberi terang dan kehangatan di setiap kesusahan yang kamu rasakan.
Menikah memang bukanlah keputusan remeh, kamu perlu mempersiapkan banyak hal untuk bisa melenggang ke pelaminan. Tapi lebih daripada itu, selain kesiapan mental dan finansial. Beberapa hal yang sedari tadi sudah dijelaskan, bisa jadi alasan mengapa akhirnya kamu mantap untuk memutuskan menikah muda.
1 Comment
-
haha, jawaban pembelaaan dari orang yang belum menikah 😀
klewood
August 5, 2016 at 11:56 am
haha, jawaban pembelaaan dari orang yang belum menikah 😀