Kamu mungkin tahu cerita seorang teman, beberapa kali putus cinta dengan pasangan yang salah. Hingga akhirnya kini menikah, dengan sosok yang jadi pilihannya. Hal ini mungkin jadi gambaran yang sering kita saksikan, atau jangan-jangan juga sedang dirasakan?
Konon sebelum mempertemukan kita dengan seseorang yang tepat, beberapa kali Tuhan akan mematahkan hati kita agar semakin kuat. Dan benar saja, semakin dewasa kita, kian banyak pula kendala-kendala yang harus dihadapi.
Kita mungkin selalu ingin segala sesuatunya bisa berjalan sesuai rencana, pun begitu dengan urusan pasangan dan kekasih jiwa. Tapi pernahkah kamu berpikir, mengapa Tuhan menempatkan kita lebih dulu pada hati yang salah, sebelum nanti mempertemukan kita dengan dia yang akan jadi teman hidup disisa usia?
Dia yang Pernah Hadir dalam Hidup Kita, Seringnya Adalah Cerminan Diri yang Sebenarnya
Coba ingat lagi salah satu alasan, mengapa kamu memilih mengakhiri hubungan dengan kekasih yang terakhir? Sama-sama egois? Keras kepala sepertimu? Atau jangan-jangan terlalu banyak hal yang selalu jadi perdebatan hanya karena watak yang serupa.
Percaya atau tidak, orang-orang yang kita tak tepat, seringnya memiliki kepribadian yang hampir sama dengan diri kita sendiri. Awalnya kita menilai hal ini jadi sebuah kesamaan yang akan mengikat satu dengan yang lain. Maka tak heran jika, akan ada rasa seperti saling terikat, yang sebenarnya justru membelenggu masing-masing diri.
Harusnya kita sudah paham. Jika dalam menjalin sebuah hubungan, akan selalu ada yang menjadi penenang kala yang lain sedang tegang. Lalu bayangkan, jika ternyata kamu dan pasangan akan jadi pribadi yang sama-sama tegang. Jelas tak akan bisa bertahan bukan?
Tapi Lebih Daripada Itu, Hal Lain yang Jadi Sebabnya Kita Sulit Lepas dari Bayang-bayang Masa Lalu dengan Si Dia
Tak perlu dijelaskan, setiap kita pasti punya pengalaman cinta yang beragam. Misalnya, ditinggalkan oleh dia yang sudah kita percaya akan bersama selamanya, hingga akhirnya kita merasa tak lagi percaya diri atau berpikir tak akan menemukan cinta sejati.
Bayang-bayang situasi buruk seperti itu, terus-menerus terngiang dalam diri. Sehingga tanpa sadar kita akan kembali bertemu dengan sosok yang memiliki kepribadian serupa.
Ketidakmampuan kita melepaskan bayangan masa lalu, membuat kita mengikatkan diri pada orang yang sejatinya tak kita sukai. Dengan alasan ia mirip dengan mantan kekasih, begitu saja seterusnya. Sampai nanti kita benar-benar lelah dan menyadarinya.
Terlalu Mudah Memaafkan, Padahal Hal Tersebut Tak Selalu Memberi Kesempatan Lagi
Situasi ini memang akan selalu sulit untuk kita hindari, sebab biar bagaimana pun dia adalah sosok yang dulu kita cintai. Hingga dari semua perbuatan yang sudah menggores luka, memaafkan selalu kita jadikan solusi untuk kembali bersama.
Hey, coba ingat dulu. Masa iya kita akan terus-menerus bersama dengan dia yang sudah tak layak dicinta? Tentu tidak kan? Memberi maaf itu sah-sah saja, tapi bukan berarti kita akan mempersilahkan dirinya masuk kembali ke dalam hidup kita.
Hal Lainnya, Kehadirannya Berperan Jadi Cermin Untuk Diri Kita
Dari sekian banyak cerita cinta yang sudah berakhir dengan luka, setidaknya ada beberapa hal yang kita jadikan pelajaran untuk kedepannya. Yap, dari setiap cerita kita menjadi tahu. Mana hal yang perlu tetap dipertahankan, dengan sikap mana yang harus ditinggalkan.
Ambilah contoh kasus perpisahan yang sudah beberapa kali terjadi karena perselingkuhan, nah barangkali Tuhan ingin kita berubah jadi pribadi yang lebih tegas dan peka lagi. Berani memutuskan, hingga selalu jeli melihat tanda-tanda tak setia dari dia yang kini jadi kekasih.
Ingatlah bahwa, setiap orang yang datang selalu membawa gambaran perubahan, entah itu baik atau buruk. Tinggal bagaimana kita menyikapinya saja.
Kalau Memang Masih Dirasa Kurang Pas, Itu Artinya Ia Memang Bukanlah Orangnya
Satu orang yang kita pikir harusnya jadi pendamping yang pas. Sudah nyaman dari segi sikap, sejalan dari pola pikir, hingga menyenangi hal-hal yang mungkin serupa. Tapi entah kenapa, dengan alasan yang tak begitu jelas. Ada saja hal-hal yang membuat kita akhirnya berpisah.
Jangan buru-buru patah hati dulu, barangkali hal ini terjadi karena memang dia bukanlah yang terbaik untukmu. Untuk itu, selalulah percaya bahwa dia yang pergi memang bukan tercipta untuk kita. Maka bersabarlah.
Lalu Bagaimana Kita Harus Menyikapinya? Ya, Tetap Hadapi Saja Seperti Biasa
Tidak banyak yang bisa kita lakukan memang, apa lagi sesaat setelah ditinggalkan. Kalau memang masih menikmati sedihmu dengan mengurung diri sementara, tak apa. Kamu bebas melakukan apa saja. Selama hal itu bisa mengobati kejenuhan dalam jiwa.
Nikmati semuanya sebagai proses pendewasaan diri, hingga nanti bisa dijadikan acuan untuk belajar lebih baik lagi. Tak ada duka yang terlalu berat, ini hanya perkara bagaimana kita menyikapi semua hal.
Hingga Nanti Kita Kan Berterima Kasih, Karena dari Mereka yang Pernah Menjadi Kekasih Ada Pelajaran Berharga yang Bisa Dipetik
Yap, dari sekian banyak cerita sedih karena patah hati. Hal yang akan menjadi buah manisnya adalah rasa syukur atas pelajaran yang bisa kita dapatkan. Sebab dari banyaknya kisah tersebut, kita pun belajar. Bagaimana tumbuh jadi manusia yang lebih sabar dan bijaksana. Sebab tak ada satu hal pun yang terjadi tanpa makna, tergantung bagaimana kita akan menyikapinya saja.

Leave a Reply

Untukmu yang tinggal di kawasan Jabodetabek, mungkin agak suntuk kalau menghabiskan waktu liburan atau akhir pekan hanya di sekitaran tempat tinggalmu. Ingin rasanya pergi sejenak ke luar kota demi menghilangkan kepenatan setelah lima hari dalam seminggu suntuk bekerja di Ibukota. Kota terdekat yang biasanya jadi tujuan warga Jabodetabek untuk berlibur ya salah satunya Bandung.
Berjarak sekitar 150 km dari Jakarta, Bandung menawarkan suasana yang kontras nan asri dibanding Jakarta. Meski tak dipungkiri, kemacetan kini juga mendera kota tersebut—terutama saat hari libur, tapi tak menyurutkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Bandung. Akhir pekan biasanya dipilih, terutama bila ada tanggal merah di hari Jumat, Bandung akan tumpah ruah oleh wisatawan asal Jabodetabek. Menariknya, kini kita tak lagi dipersulit untuk akses ke Bandung. Kamu sendiri, bagaimana? Kalau diminta memilih, kamu akan ke Bandung naik apa?
Naik KRL Disambung Kereta Ekonomi. Meski Memakan Waktu, Setidaknya Tak Memakan Banyak Biaya Perjalanan
Tahukah kamu kalau ongkos ke Bandung bisa bermodalkan kurang dari Rp 30 ribu? Untukmu yang terbiasa naik KRL, barangkali perlu mencoba. Karena ternyata pergi ke Bandung bisa dengan sambung-menyambung KRL sehingga tak memakan ongkos yang cukup banyak. Caranya, dari stasiun asalmu, kamu naik KRL hingga Stasiun Manggarai.
Dari stasiun Manggarai yang adalah stasiun transit, sambung lagi dengan menaiki KRL dengan tujuan akhir Stasiun Cikarang. Selanjutnya, dari Stasiun Cikarang kamu beralih ke kereta ekonomi Walahar jurusan Purwakarta dengan harga tiket Rp 6 ribu. Baru dari Purwakarta, kamu kembali naik kereta ekonomi Cibatuan menuju Bandung hanya dengan tarif Rp 8 ribu. Coba hitung, ongkos perjalananmu dari Jakarta menuju Bandung tak sampai Rp 30ribu. Hemat bukan?
Beli Tiket Bus Travel Agar Tak Lelah dan Bisa Tidur Sepanjang Perjalanan
Kalau tak ingin lelah selama perjalanan ke Bandung, kamu bisa memilih untuk naik bus travel. Apalagi varian bus travel kian beragam dan semakin menawarkan kenyamanan sepanjang perjalanan. Alih-alih lelah, kamu justru bisa tertidur lelap selama perjalanan.
Keberadaan jalan tol Cipularang pun mempercepat perjalananmu dari Jakarta ke Bandung. Di luar adanya situasi waktu tempuh hingga ke pintu tol daerah Bandung bisa dipersingkat hanya 3 jam saja. Nantinya sampai tujuan, kamu cukup check in di penginapan dan melanjutkan agenda jalan-jalanmu. Efisien dan menyenangkan, bukan?
Naik Kereta Argo Parahyangan Demi Efisiensi Waktu
Kereta Argo Parahyangan sudah jadi primadona bila ingin bepergian dari Jakarta ke Bandung. Harga tiket dibawah Rp 100 ribu terbilang cukup terjangkau lantaran fasilitasnya juga mumpuni selama penumpang berada di dalam gerbong kereta. Belilah tiket dari jauh-jauh hari. Karena walaupun hanya bepergian ke Bandung, tiket kereta yang satu ini cukup banyak peminatnya.
Kereta ini memulai rutenya dari Stasiun Gambir dan berakhir di stasiun tujuan, Stasiun Bandung. Hal menarik lainnya kalau kamu memilih naik kereta Argo Parahyangan yaitu pemandangan selama di perjalanan. Rute kereta yang satu ini akan melewati jalur yang cukup ekstrem namun tetap aman. Sebagian dari penumpang mengaku penasaran dan memilih naik kereta ini lantaran ingin menikmati sensasinya berkereta lewat jalur yang ekstrem.
Kalau Pergi Sekeluarga Mungkin Memang Lebih Baik Menyewa Mobil Pribadi
Sementara untukmu yang mungkin memang berencana pergi ke Bandung bersama keluarga besar, memang lebih baik berkendara dengan mobil pribadi. Meski tak senyaman naik travel, yang terpenting kamu tiba di tujuan dengan selamat, bukan? Lagi pula, selama perjalanan, kamu dan anggota keluargamu bisa menghabiskan waktu dengan bercengkrama. Kalau sepanjang hari kerja kamu sukar sekali menemukan momen semacam ini, maka biarlah perjalanan ke Bandung jadi kenangan yang menarik untuk keluargamu.
Tapi Kalau Pergi Bareng Teman Sepermainan, Sangat Disarankan untuk Touring Demi Menambah Pengalaman
Touring ke Bandung? Pasti seru! Apalagi kalau hal ini sudah masuk agendamu bersama kawan-kawan sejak jauh-jauh hari. Kapan lagi kamu bisa berkendara sembari membuat momen agar diingat sampai hari tua? Soal persiapan, H-sebulan sebisa mungkin kamu berdiskusi dengan teman-temanmu agar rencana touring bisa dieksekusi. Terpenting, keselamatan dan keamanan saat berkendara yang pasti harus jadi dua hal utama. Meski mungkin kamu terbiasa touring dengan jarak melebihi Jakarta-Bandung, ingatlah mungkin touring kali ini akan memberikan pengalaman berbeda. Tetap buatlah perjalanan kali ini jadi mengesankan.
Soal kendaraan, kamu bisa mempercayakan kuda besi dari Suzuki yaitu Suzuki GSX-S150. Kamu jangan khawatir, tak hanya nyaman dipakai berkendara sehari-hari, motor ini pun tetap menunjukkan performa yang mumpuni untuk durasi perjalanan jauh.
Untuk urusan dapur pacu GSX-S150 ini disematkan mesin berkapasitas 150 cc DOHC yang sama dengan saudaranya tipe R. Berbekal mesin overbore, DOHC (Double Over Head Camshaft) dengan kapasitas 150cc dan berkompresi 11,5 : 1 yang sudah dilengkapi teknologi fuel injection yang canggih untuk pembakaran maksimal, GSX-S150 menghasilkan tenaga sebesar 14,1 kw/10.500 rpm dan torsi sebesar 14 nm/9.000 rpm yang tersalurkan dengan kuat melalui transmisi 6 percepatan.
Tipe GSX-S150 ini memang bergaya street fighter yang juga mengadopsi tampilan touring yang cocok untuk perjalanan jauh. Karena itu posisi berkendaranya tak terlalu menunduk macam di tipe R. Handle barnya dibuat lebar dengan posisi yang berada tinggi di atas tangki dan tempat duduk. Tentunya gaya berkendara ini dimaksudkan agar pengemudi tak lekas lelah dalam perjalanan jauh.
Manajemen mesin GSX-S150 ini dilengkapi dengan 6 sensor untuk efisiensi kerja untuk membuat konsumsi bahan bakar lebih ekonomis. Sistem pengapiannya disebut closed loop, dengan adanya oksigen sensor pada pembuangan yang bisa dibilang jarang diterapkan pada motor sekelasnya. Ini juga termasuk penerapan throttle body diameter 32mm dan injektor 10 lubang produk Mitsubishi agar pengabutan campuran bahan bakar lebih atomized. Sebagai bocoroan, teknologi ini serupa yang ada pada GSX-R 1000 loh.
Serunya performa tinggi ini diimbangi dengan radiator yang besar. Dengan ukuran pendingin air yang besar ini, diharapkan suhu mesin akan tetap optimal meski dipacu dengan tenaga maksimal. Dan pastinya akan tetap nyaman jika dipakai dalam durasi perjalanan jauh atau untuk dipakai harian.
Konsisten dengan konsep ini, tangki dibuat aerodinamis dengan bentuk melengkung. Kapasitasnya yang mencapai 11 liter, dipastikan cukup untuk mencapai jarak tempuh jauh. Meski aerodinamis justru penampilan GSX-S150 ini terlihat cukup gagah. Dijamin perjalan touring ke Bandung akan jadi momen tak terlupakan.