Masih ramai pemberitaan di sejumlah media soal kabar perceraian eks Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama dan istrinya, Veronica Tan. Awalnya, kabar ini sempat simpang siur dan disangka hoax. Namun seiring keterangan resmi dari pihak Ahok—sapaan akrab Basuki, dalam hal ini disampaikan lewat pengacaranya, kini rumah tangga Ahok-Vero memang sedang di ujung tanduk.
Kabar ini jadi trending topic karena publik menyayangkan biduk pernikahan yang telah dibina selama 20 tahun itu harus menemui jalan akhir berupa perceraian. Padahal keduanya selalu tampak serasi ketika muncul di hadapan publik. Kabar perceraian ini pun menggiring opini tersendiri bagi publik, khususnya warganet. Banyak spekulasi yang muncul setelah pengacara memberi sinyal pasti soal kabar ini. Orang-orang seakan tak ingin tinggal diam, kini, perceraian Ahok-Vero yang seharusnya jadi masalah pribadi justru jadi perbincangan umum yang tak lagi mempedulikan soal privasi.
Berkaca dari masalah ini, sejatinya ini bukan kali pertama publik bereaksi soal kasus perceraian. Sebelumnya, jika ada selebriti, penyanyi, atau sekalipun pejabat yang diisukan bercerai, kita pasti tak ketinggalan untuk ikut berkomentar. Seakan-akan kita punya andil besar untuk ikut menghakimi keputusan tersebut. Haruskah setiap orang berlaku demikian? Bukankah rumah tangga itu adalah seutuhnya milik setiap pasangan yang menjalani? Lalu mengapa kita masih sibuk menghakimi?
Dalam Perjalanan Sebuah Rumah Tangga Rasanya Mustahil Jika Tak Ada Masalah yang Mendera
Begini, jangankan rumah tangga, orang yang masih menjalani hubungan pacaran saja seringkali didera masalah. Itulah sebabnya, rasanya mustahil jika dalam rumah tangga tak ada masalah yang menghampiri. Mulai dari masalah yang terkesan sepele, hingga ujian berat yang seringkali kita rasa seperti tak ada jalan keluar.
Tapi sekali lagi, masalah dalam bentuk apa pun kalau lingkupnya sudah di dalam rumah tangga, maka yang sebaiknya menyelesaikan adalah suami dan istri tanpa ada campur tangan orang lain terlebih dahulu. Bayangkan kalau kamu di posisi mereka, relakah kamu jika ada yang mencampuri ranah privasimu? Karenanya, sebelum terlalu jauh menghakimi mereka yang memutuskan untuk bercerai, baiknya kita menghargai privasinya terlebih dahulu.
Andai Kamu Bertukar Posisi Dengannya, Apa yang Akan Kamu Lakukan Bila Banyak Tudingan Terarah pada Rumah Tanggamu?
Seperti yang sudah kukatakan, pernahkah kamu membayangkan jika kamu yang ada di posisinya? Kamu tertekan bukan hanya karena masalah rumah tangga, tapi tuntutan dari orang banyak serta tudingan yang keabsahannya pun diragukan. Berat bukan? Mungkin ini yang sedang dilalui baik Ahok maupun Vero. Mendapati masalah rumah tangga mereka kini jadi konsumsi publik, tak sedikit orang yang berusaha menekan dan menuding salah satu individu sebagai penyebab keretakan rumah tangga.
Setiap Pasangan Punya Hak Melindungi Privasi, Kamu Harusnya Menghargai
Kamu mungkin tak tahu bagaimana upaya pasangan yang sedang didera masalah perceraian berusaha menemukan jalan terbaik selain perceraian. Mungkin mereka tetap melakukan upaya mediasi dan rekonsiliasi. Namun hal itu bukanlah hal mudah.
Kalaupun pada akhirnya perceraian tetap terjadi, biarkan hal itu menjadi privasi dan keputusan mereka. Kita bukanlah siapa-siapa. Sebagai manusia, tetaplah menghargai apa yang menjadi keputusan mereka. Meski mungkin kemunculan kita bermaksud memberi nasehat atau masukan positif, tapi seringkali hal itu justru jadi batu sandungan. Pada akhirnya kamu justru lupa akan posisimu yang bukan siapa-siapa dan justru menekan mereka.
Dibanding Sibuk Mencibir dan Menghakimi, Bukankah Kamu Bisa Mendoakan yang Terbaik?
Ya, doa merupakan jalan terbaik yang bisa kamu lakukan saat kamu ikut bersimpati dengan masalah perceraian yang mendera orang-orang yang kamu kenal. Tak ada doa yang tak sampai kepada Pemilik Semesta. Dibanding sibuk berkomentar atau membalas komentar cacian, lebih baik luangkan waktu untuk berdoa memohon yang terbaik untuk pihak-pihak yang sedang mengalami masalah. Meski tak terlihat, berdoa jauh lebih baik dan bermanfaat dibanding kamu terlalu sibuk mencampuri urusan rumah tangga orang lain.
Apa pun Keputusan yang Mereka Ambil, Kamu Jelas Tak Berhak Ikut Andil
Perceraian memang menyakitkan. Bukan cuma menghancurkan dua hati yang semula menjalin relasi resmi, anak-anak hasil pernikahan mereka pun akan ikut tersakiti. Kita pun tak bisa mengingkari kalau hal ini pasti terjadi. Seberat apa pun itu, keputusan untuk bercerai adalah pilihan dari pasangan yang sudah merasa jika hal itu adalah jalan terbaik.
Kita mungkin tak terima, kesal, dan memikirkan begitu jauh soal masa depan mereka, tapi tahanlah dirimu untuk tidak terlibat lebih jauh. Sekalipun masalah ini menimpa kakak, adik, atau sepupumu. Hargai keputusan mereka dan tahan diri untuk tidak terlalu ikut andil lebih jauh lagi. Setidaknya, kamu sudah berusaha mengingatkan dan menguatkan mereka yang tengah mengalami masalah seberat itu.

Leave a Reply

Untukmu yang tinggal di kawasan Jabodetabek, mungkin agak suntuk kalau menghabiskan waktu liburan atau akhir pekan hanya di sekitaran tempat tinggalmu. Ingin rasanya pergi sejenak ke luar kota demi menghilangkan kepenatan setelah lima hari dalam seminggu suntuk bekerja di Ibukota. Kota terdekat yang biasanya jadi tujuan warga Jabodetabek untuk berlibur ya salah satunya Bandung.
Berjarak sekitar 150 km dari Jakarta, Bandung menawarkan suasana yang kontras nan asri dibanding Jakarta. Meski tak dipungkiri, kemacetan kini juga mendera kota tersebut—terutama saat hari libur, tapi tak menyurutkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Bandung. Akhir pekan biasanya dipilih, terutama bila ada tanggal merah di hari Jumat, Bandung akan tumpah ruah oleh wisatawan asal Jabodetabek. Menariknya, kini kita tak lagi dipersulit untuk akses ke Bandung. Kamu sendiri, bagaimana? Kalau diminta memilih, kamu akan ke Bandung naik apa?
Naik KRL Disambung Kereta Ekonomi. Meski Memakan Waktu, Setidaknya Tak Memakan Banyak Biaya Perjalanan
Tahukah kamu kalau ongkos ke Bandung bisa bermodalkan kurang dari Rp 30 ribu? Untukmu yang terbiasa naik KRL, barangkali perlu mencoba. Karena ternyata pergi ke Bandung bisa dengan sambung-menyambung KRL sehingga tak memakan ongkos yang cukup banyak. Caranya, dari stasiun asalmu, kamu naik KRL hingga Stasiun Manggarai.
Dari stasiun Manggarai yang adalah stasiun transit, sambung lagi dengan menaiki KRL dengan tujuan akhir Stasiun Cikarang. Selanjutnya, dari Stasiun Cikarang kamu beralih ke kereta ekonomi Walahar jurusan Purwakarta dengan harga tiket Rp 6 ribu. Baru dari Purwakarta, kamu kembali naik kereta ekonomi Cibatuan menuju Bandung hanya dengan tarif Rp 8 ribu. Coba hitung, ongkos perjalananmu dari Jakarta menuju Bandung tak sampai Rp 30ribu. Hemat bukan?
Beli Tiket Bus Travel Agar Tak Lelah dan Bisa Tidur Sepanjang Perjalanan
Kalau tak ingin lelah selama perjalanan ke Bandung, kamu bisa memilih untuk naik bus travel. Apalagi varian bus travel kian beragam dan semakin menawarkan kenyamanan sepanjang perjalanan. Alih-alih lelah, kamu justru bisa tertidur lelap selama perjalanan.
Keberadaan jalan tol Cipularang pun mempercepat perjalananmu dari Jakarta ke Bandung. Di luar adanya situasi waktu tempuh hingga ke pintu tol daerah Bandung bisa dipersingkat hanya 3 jam saja. Nantinya sampai tujuan, kamu cukup check in di penginapan dan melanjutkan agenda jalan-jalanmu. Efisien dan menyenangkan, bukan?
Naik Kereta Argo Parahyangan Demi Efisiensi Waktu
Kereta Argo Parahyangan sudah jadi primadona bila ingin bepergian dari Jakarta ke Bandung. Harga tiket dibawah Rp 100 ribu terbilang cukup terjangkau lantaran fasilitasnya juga mumpuni selama penumpang berada di dalam gerbong kereta. Belilah tiket dari jauh-jauh hari. Karena walaupun hanya bepergian ke Bandung, tiket kereta yang satu ini cukup banyak peminatnya.
Kereta ini memulai rutenya dari Stasiun Gambir dan berakhir di stasiun tujuan, Stasiun Bandung. Hal menarik lainnya kalau kamu memilih naik kereta Argo Parahyangan yaitu pemandangan selama di perjalanan. Rute kereta yang satu ini akan melewati jalur yang cukup ekstrem namun tetap aman. Sebagian dari penumpang mengaku penasaran dan memilih naik kereta ini lantaran ingin menikmati sensasinya berkereta lewat jalur yang ekstrem.
Kalau Pergi Sekeluarga Mungkin Memang Lebih Baik Menyewa Mobil Pribadi
Sementara untukmu yang mungkin memang berencana pergi ke Bandung bersama keluarga besar, memang lebih baik berkendara dengan mobil pribadi. Meski tak senyaman naik travel, yang terpenting kamu tiba di tujuan dengan selamat, bukan? Lagi pula, selama perjalanan, kamu dan anggota keluargamu bisa menghabiskan waktu dengan bercengkrama. Kalau sepanjang hari kerja kamu sukar sekali menemukan momen semacam ini, maka biarlah perjalanan ke Bandung jadi kenangan yang menarik untuk keluargamu.
Tapi Kalau Pergi Bareng Teman Sepermainan, Sangat Disarankan untuk Touring Demi Menambah Pengalaman
Touring ke Bandung? Pasti seru! Apalagi kalau hal ini sudah masuk agendamu bersama kawan-kawan sejak jauh-jauh hari. Kapan lagi kamu bisa berkendara sembari membuat momen agar diingat sampai hari tua? Soal persiapan, H-sebulan sebisa mungkin kamu berdiskusi dengan teman-temanmu agar rencana touring bisa dieksekusi. Terpenting, keselamatan dan keamanan saat berkendara yang pasti harus jadi dua hal utama. Meski mungkin kamu terbiasa touring dengan jarak melebihi Jakarta-Bandung, ingatlah mungkin touring kali ini akan memberikan pengalaman berbeda. Tetap buatlah perjalanan kali ini jadi mengesankan.
Soal kendaraan, kamu bisa mempercayakan kuda besi dari Suzuki yaitu Suzuki GSX-S150. Kamu jangan khawatir, tak hanya nyaman dipakai berkendara sehari-hari, motor ini pun tetap menunjukkan performa yang mumpuni untuk durasi perjalanan jauh.
Untuk urusan dapur pacu GSX-S150 ini disematkan mesin berkapasitas 150 cc DOHC yang sama dengan saudaranya tipe R. Berbekal mesin overbore, DOHC (Double Over Head Camshaft) dengan kapasitas 150cc dan berkompresi 11,5 : 1 yang sudah dilengkapi teknologi fuel injection yang canggih untuk pembakaran maksimal, GSX-S150 menghasilkan tenaga sebesar 14,1 kw/10.500 rpm dan torsi sebesar 14 nm/9.000 rpm yang tersalurkan dengan kuat melalui transmisi 6 percepatan.
Tipe GSX-S150 ini memang bergaya street fighter yang juga mengadopsi tampilan touring yang cocok untuk perjalanan jauh. Karena itu posisi berkendaranya tak terlalu menunduk macam di tipe R. Handle barnya dibuat lebar dengan posisi yang berada tinggi di atas tangki dan tempat duduk. Tentunya gaya berkendara ini dimaksudkan agar pengemudi tak lekas lelah dalam perjalanan jauh.
Manajemen mesin GSX-S150 ini dilengkapi dengan 6 sensor untuk efisiensi kerja untuk membuat konsumsi bahan bakar lebih ekonomis. Sistem pengapiannya disebut closed loop, dengan adanya oksigen sensor pada pembuangan yang bisa dibilang jarang diterapkan pada motor sekelasnya. Ini juga termasuk penerapan throttle body diameter 32mm dan injektor 10 lubang produk Mitsubishi agar pengabutan campuran bahan bakar lebih atomized. Sebagai bocoroan, teknologi ini serupa yang ada pada GSX-R 1000 loh.
Serunya performa tinggi ini diimbangi dengan radiator yang besar. Dengan ukuran pendingin air yang besar ini, diharapkan suhu mesin akan tetap optimal meski dipacu dengan tenaga maksimal. Dan pastinya akan tetap nyaman jika dipakai dalam durasi perjalanan jauh atau untuk dipakai harian.
Konsisten dengan konsep ini, tangki dibuat aerodinamis dengan bentuk melengkung. Kapasitasnya yang mencapai 11 liter, dipastikan cukup untuk mencapai jarak tempuh jauh. Meski aerodinamis justru penampilan GSX-S150 ini terlihat cukup gagah. Dijamin perjalan touring ke Bandung akan jadi momen tak terlupakan.