Sepanjang tahun 2014 lalu ada 7.867.195 unit motor yang terjual. Bisa dibilang biker alias pengguna motor menjadi mayoritas di Indonesia. Meski begitu mayoritas dalam jumlah ini, tidak lantas berimbas pada perlakuan.
Beberbeda dengan pengguna motor di belahan Amerika atau Eropa yang rata-rata punya kelas tersendiri. Di Indonesia, pengguna motor sering kali dipandang sebagai warga kelas dua. Hal ini berdampak pada perlakuan yang kurang mengenakan. Ditambah lagi ada beberapa situasi khas yang Cuma bisa ditemui di negara ini.
1. Parkir Motor Nun Jauh Di Mata
Ini perlakuan paling diskriminatif yang sering diterima oleh biker di Indonesia. Apalagi jika sudah pergi ke pusat perbelanjaan high end dan sekelasnya. Sering kali parkiran motor ditempatkan di luar area mal tersebut.
Sekian banyak pintu masuk, lazimnya berisi gambar pengendara motor dicoret alias dilarang masuk. Pintu motor hanya tersedia satu dibagian paling belakang. Dengan pasukan keamanan yang kurang ramah.
Apalagi lahan yang disediakan juga sering kali jauh dari kata layak. Tanpa ada atap penutup, lantai yang kadang hanya beralaskan konblok bahkan tanah. Luasnya juga jarang bisa menampung jumlah motor dengan semestinya. Hasilnya, unit-unit motor harus berjubel satu sama lain.
2. Antri Panjang Di SPBU Isi Cuma 10 Ribu
SPBU alias pompa bensi juga jadi tempat yang diskriminatif. Jalur untuk mobil bisa tersedia hingga enam lajur dengan jumlah pompa empat sampai enam disetiap lajurnya. Sementara motor? Paling hanya ada dua sampai empat pompa.
Jelas tak seimbang dengan jumlah pertumbuhan motor seperti yang digambarkan diatas tadi. Walhasil, setiap mengisi bahan bakar, para biker harus mengantri panjang bak ular.
Lebih mengenaskannya lagi, motor di Indonesia rata-rata ber-CC kecil dan didominasi skutik atau bebek. Kapasitas tangkinya tak lebih dari 3 liter. Jadi ketika mengisi sering kali hanya kurang dari 10 ribu atau hingga 20 ribu rupiah. Sementara waktu yang dihabiskan untuk mengantri bisa 15 sampai 20 menit.
3. Dilema Hujan, Helm Dan Jas Hujan
Nah, mengingat kondisi lahan parkir yang jauh dari sempurna para pemotor kerap dilanda dilema dalam hal helm. Meninggalkan helm begitu saja tak jarang mengundang tangan-tangan jahil yang mengambil pengaman kepala tersebut.
Sementara mengaitkannya di motor sering kali membuat posisinya menjadi terbalik berbentuk kubah. Efeknya ketika hujan helm menjadi penampung air paling sempurna. Buntutnya pemotor harus menggunakan helm yang basah sepanjang perjalanan.
Kondisi cuaca memang jadi tantangan tersendiri bagi pemotor di Indonesia. Maklum saja, iklim tropis tidak tegas membagi kapan waktu hujan dan kapan waktu panas. Sehingga sering terjadi situasi dimana cuaca sedang panas, dan sejurus kemudian turun hujan.
Hasilnya biker harus segera menepi dan menggunakan jas hujan di pinggir jalan. Tak berhenti sampai disitu, sering juga setelah selesai menggunakan jas hujan, matahari kembali bersinar terang. Dan begitu seterusnya.
4. Jalur khusus Motor
Di beberapa kota besar sudah mulai diterapkan kebijakan ini. Di Jakarta misalnya, motor sudah tak bisa lagi melewati jalan-jalan utama. Waktu tempuh yang semula hanya 10 menit harus molor 30-60 menit karena jalur yang berputar ini.
Di luar negeri juga sebagian menerapkan peraturan ini. Bedanya, di mancara negara bukan motor dilarang melintas jalur tertentu tapi motor disediakan jalur khusus dengan jarak tempuh yang kadang berbeda. Istimewanya, jalur ini justru tidak bisa dilalui oleh mobil. Di eropa bahkan ada kota-kota tertentu yang justru cuma bisa diakses menggunakan motor. Jadi bukannya didiskriminasi, motor justru diberikan fasilitas khusus.
5. Tidak Semua Pemotor Buruk
Dalam setahun terjual lebih dari 7 juta motor. Di dalamnya termasuk mereka-mereka yang tak bertanggung jawab dalam berlalu lintas. Mulai dari melanggar lampu lalu lintas, berjalan di trotoar, melawan arus, dan sejumlah pelanggaran lainnya. Belum lagi menjamurnya geng motor dan begal motor.
Pemotor seperti ini membuat citra buruk para biker yang menggunakan motor sesuai aturan. Stigma bahwa pengguna motor tak tahu aturan seolah melekat kuat di benak masyarakat umum. Padahal sejatinya masih banyak pemotor yang tertib berlalu lintas. Bahkan sebagian menggalakan gerakan safety riding.
Mengatakan semua pemotor memahami hal di atas memang tidak tepat juga. Apalagi untuk mereka pengguna motor besar. Lahan parkir justru biasaya lebih mewah dari mobil. Pelayanan pun diterima dengan sangat ramah. Jangankan jalur khusus, bahkan tol yang notabene untuk mobil saja kadang masih digunakan juga. Jadi pesan ini tentu hanya untuk mereka yang paham.

Leave a Reply

Untukmu yang tinggal di kawasan Jabodetabek, mungkin agak suntuk kalau menghabiskan waktu liburan atau akhir pekan hanya di sekitaran tempat tinggalmu. Ingin rasanya pergi sejenak ke luar kota demi menghilangkan kepenatan setelah lima hari dalam seminggu suntuk bekerja di Ibukota. Kota terdekat yang biasanya jadi tujuan warga Jabodetabek untuk berlibur ya salah satunya Bandung.
Berjarak sekitar 150 km dari Jakarta, Bandung menawarkan suasana yang kontras nan asri dibanding Jakarta. Meski tak dipungkiri, kemacetan kini juga mendera kota tersebut—terutama saat hari libur, tapi tak menyurutkan minat wisatawan untuk berkunjung ke Bandung. Akhir pekan biasanya dipilih, terutama bila ada tanggal merah di hari Jumat, Bandung akan tumpah ruah oleh wisatawan asal Jabodetabek. Menariknya, kini kita tak lagi dipersulit untuk akses ke Bandung. Kamu sendiri, bagaimana? Kalau diminta memilih, kamu akan ke Bandung naik apa?
Naik KRL Disambung Kereta Ekonomi. Meski Memakan Waktu, Setidaknya Tak Memakan Banyak Biaya Perjalanan
Tahukah kamu kalau ongkos ke Bandung bisa bermodalkan kurang dari Rp 30 ribu? Untukmu yang terbiasa naik KRL, barangkali perlu mencoba. Karena ternyata pergi ke Bandung bisa dengan sambung-menyambung KRL sehingga tak memakan ongkos yang cukup banyak. Caranya, dari stasiun asalmu, kamu naik KRL hingga Stasiun Manggarai.
Dari stasiun Manggarai yang adalah stasiun transit, sambung lagi dengan menaiki KRL dengan tujuan akhir Stasiun Cikarang. Selanjutnya, dari Stasiun Cikarang kamu beralih ke kereta ekonomi Walahar jurusan Purwakarta dengan harga tiket Rp 6 ribu. Baru dari Purwakarta, kamu kembali naik kereta ekonomi Cibatuan menuju Bandung hanya dengan tarif Rp 8 ribu. Coba hitung, ongkos perjalananmu dari Jakarta menuju Bandung tak sampai Rp 30ribu. Hemat bukan?
Beli Tiket Bus Travel Agar Tak Lelah dan Bisa Tidur Sepanjang Perjalanan
Kalau tak ingin lelah selama perjalanan ke Bandung, kamu bisa memilih untuk naik bus travel. Apalagi varian bus travel kian beragam dan semakin menawarkan kenyamanan sepanjang perjalanan. Alih-alih lelah, kamu justru bisa tertidur lelap selama perjalanan.
Keberadaan jalan tol Cipularang pun mempercepat perjalananmu dari Jakarta ke Bandung. Di luar adanya situasi waktu tempuh hingga ke pintu tol daerah Bandung bisa dipersingkat hanya 3 jam saja. Nantinya sampai tujuan, kamu cukup check in di penginapan dan melanjutkan agenda jalan-jalanmu. Efisien dan menyenangkan, bukan?
Naik Kereta Argo Parahyangan Demi Efisiensi Waktu
Kereta Argo Parahyangan sudah jadi primadona bila ingin bepergian dari Jakarta ke Bandung. Harga tiket dibawah Rp 100 ribu terbilang cukup terjangkau lantaran fasilitasnya juga mumpuni selama penumpang berada di dalam gerbong kereta. Belilah tiket dari jauh-jauh hari. Karena walaupun hanya bepergian ke Bandung, tiket kereta yang satu ini cukup banyak peminatnya.
Kereta ini memulai rutenya dari Stasiun Gambir dan berakhir di stasiun tujuan, Stasiun Bandung. Hal menarik lainnya kalau kamu memilih naik kereta Argo Parahyangan yaitu pemandangan selama di perjalanan. Rute kereta yang satu ini akan melewati jalur yang cukup ekstrem namun tetap aman. Sebagian dari penumpang mengaku penasaran dan memilih naik kereta ini lantaran ingin menikmati sensasinya berkereta lewat jalur yang ekstrem.
Kalau Pergi Sekeluarga Mungkin Memang Lebih Baik Menyewa Mobil Pribadi
Sementara untukmu yang mungkin memang berencana pergi ke Bandung bersama keluarga besar, memang lebih baik berkendara dengan mobil pribadi. Meski tak senyaman naik travel, yang terpenting kamu tiba di tujuan dengan selamat, bukan? Lagi pula, selama perjalanan, kamu dan anggota keluargamu bisa menghabiskan waktu dengan bercengkrama. Kalau sepanjang hari kerja kamu sukar sekali menemukan momen semacam ini, maka biarlah perjalanan ke Bandung jadi kenangan yang menarik untuk keluargamu.
Tapi Kalau Pergi Bareng Teman Sepermainan, Sangat Disarankan untuk Touring Demi Menambah Pengalaman
Touring ke Bandung? Pasti seru! Apalagi kalau hal ini sudah masuk agendamu bersama kawan-kawan sejak jauh-jauh hari. Kapan lagi kamu bisa berkendara sembari membuat momen agar diingat sampai hari tua? Soal persiapan, H-sebulan sebisa mungkin kamu berdiskusi dengan teman-temanmu agar rencana touring bisa dieksekusi. Terpenting, keselamatan dan keamanan saat berkendara yang pasti harus jadi dua hal utama. Meski mungkin kamu terbiasa touring dengan jarak melebihi Jakarta-Bandung, ingatlah mungkin touring kali ini akan memberikan pengalaman berbeda. Tetap buatlah perjalanan kali ini jadi mengesankan.
Soal kendaraan, kamu bisa mempercayakan kuda besi dari Suzuki yaitu Suzuki GSX-S150. Kamu jangan khawatir, tak hanya nyaman dipakai berkendara sehari-hari, motor ini pun tetap menunjukkan performa yang mumpuni untuk durasi perjalanan jauh.
Untuk urusan dapur pacu GSX-S150 ini disematkan mesin berkapasitas 150 cc DOHC yang sama dengan saudaranya tipe R. Berbekal mesin overbore, DOHC (Double Over Head Camshaft) dengan kapasitas 150cc dan berkompresi 11,5 : 1 yang sudah dilengkapi teknologi fuel injection yang canggih untuk pembakaran maksimal, GSX-S150 menghasilkan tenaga sebesar 14,1 kw/10.500 rpm dan torsi sebesar 14 nm/9.000 rpm yang tersalurkan dengan kuat melalui transmisi 6 percepatan.
Tipe GSX-S150 ini memang bergaya street fighter yang juga mengadopsi tampilan touring yang cocok untuk perjalanan jauh. Karena itu posisi berkendaranya tak terlalu menunduk macam di tipe R. Handle barnya dibuat lebar dengan posisi yang berada tinggi di atas tangki dan tempat duduk. Tentunya gaya berkendara ini dimaksudkan agar pengemudi tak lekas lelah dalam perjalanan jauh.
Manajemen mesin GSX-S150 ini dilengkapi dengan 6 sensor untuk efisiensi kerja untuk membuat konsumsi bahan bakar lebih ekonomis. Sistem pengapiannya disebut closed loop, dengan adanya oksigen sensor pada pembuangan yang bisa dibilang jarang diterapkan pada motor sekelasnya. Ini juga termasuk penerapan throttle body diameter 32mm dan injektor 10 lubang produk Mitsubishi agar pengabutan campuran bahan bakar lebih atomized. Sebagai bocoroan, teknologi ini serupa yang ada pada GSX-R 1000 loh.
Serunya performa tinggi ini diimbangi dengan radiator yang besar. Dengan ukuran pendingin air yang besar ini, diharapkan suhu mesin akan tetap optimal meski dipacu dengan tenaga maksimal. Dan pastinya akan tetap nyaman jika dipakai dalam durasi perjalanan jauh atau untuk dipakai harian.
Konsisten dengan konsep ini, tangki dibuat aerodinamis dengan bentuk melengkung. Kapasitasnya yang mencapai 11 liter, dipastikan cukup untuk mencapai jarak tempuh jauh. Meski aerodinamis justru penampilan GSX-S150 ini terlihat cukup gagah. Dijamin perjalan touring ke Bandung akan jadi momen tak terlupakan.